SAUDARAKU, belajarlah untuk tetap tenang dan sabar saat ada yang mencaci, menghina, dan meremehkan hidup kita. Sesekali hiduplah seperti orang buta dan tuli, yang mana dia tidak pernah peduli dengan cacian atau hinaan orang lain.
Bagaimana orang buta dan orang tuli? dia tidak melihat pada mereka yang membenci, dan dia pula tidak mendengar pada yang mencaci sekaligus menghinanya, sehingga hatinya selalu bersih dan damai dengan kebaikan.
BACA JUGA: Ketahuilah, Hati Bisa Buta karena Gadget, Hah?
Saudaraku,
Untuk itu, dimanapun kita berada, dan dalam keadaan seperti apapun, terlebih saat ada yang membenci kita, jangan gampang gusar untuk balik membencinya.
Dicaci, dihina, dan diremehkan, jangan masukkan semua kata-kata buruk itu pada hati, anggap saja hanya sebuah kata tak bermakna. Belajarlah dari orang tuli apabila ada sebagian orang yang menghina, berlagaklah seolah kita tak mendengar apa yang mereka katakan.
Dan belajarlah dari orang buta apabila dicaci, berlagaklah seolah kita tak melihat sedikitpun perlakuan buruk mereka kepada kita, agar sampai kapanpun kita tidak memiliki kebencian karena tidak terima.
Saudaraku,
Berlagaklah seolah kita tak melihat kedzaliman mereka, walau begitu sering mereka menggunkan lisannya untuk mendzalimi kita, karena bagaimanapun hal paling ampuh untuk menjaga hati adalah dengan mengabaikan perlakuan buruk mereka.
Ketahuilah, sungguh jika telinga dan mata kita selalu dapat kita kondisikan untuk tak pernah terisi dengan kebencian, maka sampai kapanpun hati kita akan merasa tenang.
Saudaraku,
Jika telinga dan mata kita kondisikan untuk abai kepada kedzaliman mereka, maka seburuk apapun perbuatan mereka akan tetap kita terima dengan ikhlas dan tanpa dendam sedikitpun.
BACA JUGA: Ketahuilah, Hati Bisa Buta karena Gadget, Hah?
Karena sungguh jika hati kita selalu saja tenang, tidak gegabah amarah atau membenci, maka tidak peduli sedzalim apa mereka kepada kita, tetap saja diri kita akan mudah untuk tetap bersabar.
Saudaraku,
Oleh karenanya, tutuplah telinga dan mata kita tatkala ada yang membenci kita, tatkala ada yang menghina, mencaci, dan meremehkan kita, tetapi hati harus tetap kita buka untuk memaafkan.
Hati kita harus tetap mampu kita kondisikan melihat dengan bijaksana, agar memaafkan selalu bisa kita lakukan tanpa ada rasa jenuh sedikitpun. []
SUMBER: HUMAIROH