KITA kadang suka lupa diri saat berdebat atau bertengkar dengan seseorang. Emosi dan hawa nafsu menyelimuti diri untuk saling menjatuhkan. Pertempuran kata-kata pun terjadi. Keduanya ingin berusaha mengejek dan menghinakan lawannya. Namun sayangnya, dalam suasana emosi tersebut tak jarang nama orangtua dibawa-bawa.
Pertengkaran yang membawa-bawa nama dan posisi orang tua biasanya dilakukan oleh anak kecil dan remaja. Mereka bertengkar dan meledek orang tua lawan masing-masing. Menghina orang tua lawan memang efektif untuk membuatnya marah. Jangankan menghina, orang tua kita disebut dengan nama menghina saja kita sudah pasti marah.
BACA JUGA: Menafkahi Orangtua atau Ngasih Bonus untuk Istri, Mana yang Lebih Utama?
Sayangnya, perbuatan ini juga kerap dilakukam orang dewasa yang terbawa emosi saat bertengkar Entah dengan menyombongkan orang tua sendiri atau menghina orang tua lawan. Maka hati-hatilah.
Rasulullah menyebut diri kita sama dengan memaki orangtua sendiri, jika kita membangkitkan emosi lawan dengan memaki orang tuanya lalu dia berbalik memaki dan menghina orang tua kita juga. Artinya yang pertama kali memulai menghina orang tua lawan sehingga menyebabkan lawan juga memaki oangtuanya, maka orang itu sama saja dengan memaki orang tuanya sendiri.
Diriwayatkan dari sahabat ‘Amr bin Al-‘Ash ra, Rasulullah SAW bersabda,
مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencaci maki kedua orangtuanya.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah seseorang bisa mencaci maki kedua orangtuanya?”
Rasulullah SAW menjawab,
نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ
“Benar. Seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain tersebut mencela bapaknya. Dan seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain tersebut mencela ibunya.” (HR. Muslim no. 90)
Memang tidak masuk akal sebetulnya. Orang yang sedang emosi pikirannya tertutup hawa nafsunya. Mengapa ia yang bertengkar, tapi kok orang tuanya yang dicela? Apa hubungannya? Yang demikian itu hanya untuk membuat lawan marah. Orang yang bertengkar memang sengaja aga lawannya marah. Semakin lawannya marah, semakin senanglah hatinya. Seakan-akan ia menang dalam tataran pertengkaran mulut. Baru kalau kemudian berlanjut ke arena tinju masing-masing baru membuktikan kekuatan siapa yang paling unggul.
BACA JUGA: Jasa Orangtua kepada Anak Sering Dilupakan
Kembali kepada membawa-bawa orang tua dalam bertengkar. Seemosi apa pun diri kita janganlah sampai kita membawa-bawa nama orang tua. Tegakah diri kita mendengarkan orang tua kita dicaci maki dan dihina? Pada saat ada orang yang mencaci maki orang tua kita langsung kepada mereka, pasti kita panas. Kalau ada di tempat itu pasti kita akan langsung turun tangan, main pukul. Kalau pas kita tidak ada , kita akan cari orangnya. Hati kita geram kalau tahu orangtua kita dicaci maki.
Nah, sebelum kita menghina orangtua lawan, ingatlah orangtua kita. Kita amat marah apabila orangtua dihina, jangan sampai kita memulai menghina orangtua lawan. Jadilah anak yang berbakti. Anak yang tidak pernah memaki orang tua sendiri dengan cara apapun. Langsung atupun tidak langsung. []
Referensi: Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007