ZUHUD merupakan salah satu sifat mulia yang seharusnya dimiliki setiap Muslim. Zuhud sendiri bermakna rasa di mana kita lebih condong kepada akhirat dibandingkan duniawi. Dan ternyata, sedikitnya ada dua peringkat zuhud, yakni zuhud terhadap dunia dan zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia.
Zuhud terhadap dunia adalah perigkat utama yang apabila seseorang mampu mencapainya, maka ia akan dengan sendirinya mampu berlaku zuhud terhadap apa-apa yang di tangan manusia. Tetapi, pada sebagian orang, zuhud terhadap dunia hampir-hampir tak dapat dilakukan sebelum memulai zuhud yang paling ringan, yakni zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia.
BACA JUGA: Sosok Ibnu Taimiyyah, Ulama Besar yang Zuhud
Zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia adalah menahan keinginan maupun kehendak untuk memiliki serta menguasai apa yang menyenangkan dari tangan orang lain, sebagaimana mendekatnya seseorang kepada orang yang sedang memegang kekuasaan.
Jika kita berbuat baik terhadap orang lain dikarenakan mengharapkan pemberian harta, perhiasan, makanan, atau hal-hal lain yang memberikan ini merupakan akhlak yang bertentangan dengan zuhud.
BACA JUGA: Zuhud bukan Hanya Meninggalkan Harta
Sikap ini dirasakan sebagai suatu perilaku yang tidak tulus, dan kerap kali membuat kita cenderung hanya mau mendekat saat ada yang kita inginkan dari dirinya. Kita kehilangan kemampuan untuk melihat orang tersebut secara utuh sebagaimana manusia yang memiliki banyak kelebihan.
Kita juga tidak bisa menerimanya secara tulus sebagai sesama muslim. Karena, sesungguhnya apa yang kita lihat bukanlah dirinya, melainkan hartanya, kekuasaannya, atau bahkan sebagian kecil dari nikmat yang ada padanya. []
Referensi: Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan/Mohammad Fauzil Adhim/Pro-U Media