IBNU Hajar Al-Asqalani pernah menyampaikan sebuah muqaddimah dari kitab Bulughul Maram, beliau berdo’a seperti ini:
“Kitab tersebut aku namakan Bulughul Maram yang menjelaskan tentang dalil-dalil tentang masalah hukum. Hanya pada Allah-lah aku memohon agar ilmu yang diberikan pada kami tidak menjadi petaka (musibah) bagi kami. Juga berikanlah kami rezeki untuk beramal sesuai dengan ridha Allah subhanahu wa ta’ala.”
Ada hal menarik yang harus kita kaji di sini. Mengenai ilmu yang menjadi petaka (musibah) bagi kami. Mengapa Ibnu Hajar berkata demikian?
Disebutkan oleh Ash-Shan’ani rahimahullah, janganlah jadikan ilmu itu sebagai sesuatu beban yang berat bagi kita, yaitu jangan sampai memberatkan dalam hisab dan jangan sampai berat karena menjadi dosa (yaitu ketika ilmu itu diselisihi, pen.). Karena amal shalih jika tidak dilakukan ikhlas untuk mengharap wajah Allah, maka berubah menjadi dosa. Disebutkan dalam Subul As-Salam, 1: 90.
BACA JUGA:
Sebaiknya Ilmu Dulu atau Amal Dulu?
Memilih Pemimpin, Tidak Hanya karena Ilmunya
Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan dalam Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram, ilmu jika tidak diamalkan, maka akan menjadi ‘wabal’ (musibah). Do’a ini sangat bagus sekali karena berisi permintaan agar kita diajarkan ilmu yang bermanfaat dan ilmu kita bermanfaat.
Juga yang dimintakan oleh Ibnu Hajar yang kedua adalah agar dijauhkan dari amal yang tidak diridhai. Karena amal yang diridhai adalah kebahagiaan dunia dan akhirat. Lihat Minhah Al-‘Allam, 1: 18.
Oleh karena itu, kita diajarkan setiap ba’da shalat Shubuh membaca doa berikut ini, (Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqon thoyyibaa wa ‘amalan mutaqobbalaa) “Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyyib dan amalan yang diterima,” (HR. Ibnu Majah no. 925, shahih). []
Sumber : https://rumaysho.com/