JAKARTA – Jumlah insiden dugaan islamophobia yang melibatkan pejabat Bea Cukai dan Perbatasan Amerika Serikat telah meningkat sekitar 1000 persen sejak Donald Trump menjabat, menurut sebuah kelompok aktivis Muslim.
Dewan Hubungan Amerika-Islam mengatakan data awal dikumpulkan dari cabang-cabangnya di seluruh negeri.
Mereka menemukan bahwa kasus pejabat melakukan profiling Muslim menyumbang 23 persen dari jumlah kasusnya dalam tiga bulan pertama tahun 2017.
Dari 193 kasus CBP yang tercatat dari Januari-Maret 2017, 181 dilaporkan setelah penandatanganan Protecting the Nation dari masuknya teroris asing ke dalam Perintah Eksekutif Amerika Serikat pada 27 Januari, yang juga dikenal sebagai larangan perjalanan Muslim oleh Trump.
Dalam tiga bulan pertama tahun 2016, kelompok tersebut melaporkan 17 kasus.
“Ini adalah insiden yang dilaporkan kepada kami dan yang kami periksa,” Corey Saylor, direktur kelompok CAIR yang memantau dugaan islamophobia. “Kami melihat ini dengan sangat hati-hati. Sekitar 50 persen (laporan), kita tolak,” ungkapnya.
Saylor mengatakan tuduhan islamophobia oleh pejabat perbatasan bukanlah hal baru. Namun, dia mengatakan bahwa dia yakin dengan pemilihan Mr Trump dan penandatanganan dua perintah eksekutif yang dirancang.
untuk tindakan keras terhadap migran yang tidak berdokumen dan menolak masuk ke warga dari enam negara berpenduduk mayoritas Muslim, berada di balik lonjakan insiden tersebut.
Trump bersumpah selama kampanye pemilihannya bahwa dia akan membuat lebih sulit bagi orang-orang dari negara-negara tertentu untuk masuk ke Amerika Serikat.
Imigran dari negara-negara seperti Suriah dan Somalia harus menjalani skrining yang dapat memakan waktu beberapa tahun.
Salah satu contohnya, dia mengutip kesaksian seorang petugas CBP dari sebuah tuntutan tahun 2013, yang mengatakan: “Lihatlah wanita Muslim itu sebagai faktor penentu, dengan cara dia memakai jilbabnya. Jika jilbabnya warna solid maka itu menunjukkan religiusitas.
Jika jilbabnya berpola dengan beberapa warna, kemungkinan dia kurang religius.”[]
Sumber: Independent