HAWA nafsu adalah hal yang ditakdirkan berada di dalam diri kita. Hawa nafsu membawa kita ke jalan yang buruk jika tak kita kendalikan. Berbagai penyakit hati ditimbulkan oleh hawa nafsu.
Bagaimana mengobati penyakit yang sudah tertanam dihati kita? Berikut adalah langkah-langkah alternatif yang bisa dilakukan untuk mengobati hati akibat hawa nafsu.
1 Ketahui Seberapa Besar Penyakit Hati yang Dirasakan
Langkah utama dalam mengobati penyakit hati adalah dengan mengidentifikasi seberapa besar penyakit itu dirasakan. Orang-orang yang ingin sembuh harus mengetahui dan mengenali terlebih dahulu terkait penyakit hatinya.
Hal ini bisa diketahui dengan cara beriteraksi dengan dirinya sendiri dan orang lain. Jika merasakan adanya penyakit hati maka haruslah dilakukan pengobatan tahap selanjutnya.
BACA JUGA:Â 5 Cara Atasi Nafsu Syahwat
2 Mengakui Penyakit adalah Setengah dari Pengobatan
Mengakui penyakit adalah hal yang berat. Maka orang yang berkeinginan untuk sembuh harus memiliki azzam yang kuat. Jika telah memiliki azzam yang kuat, maka hendaklah ia menyingkir dari kebisingan untuk merenung di tempat yang tenang selama beberapa waktu.
Renungkanlah bebrabagai sifat hamba Allah SWT, kemudian mulailah mengoreksi diri sendiri. ingat kembali apa yang telah dikatakan, apa yang telah dilakukan oleh diri pada waktu sebelumnya.
Tanyalah kepada diri mengapa melakukan demikian. Kemudian mulai temukan motivasi dari apa yang didapatkan setelah merenung. Teruslah melakukan interospeksi. Mulailah mencatat amal kita agar kita sadar betapa diri kita sering kali ditawan oleh hawa nafsu.
Hawa nafsu akan terus mengajak kita kepada kesantaian. Sehingga ia mengajak kita untuk menunda interospeksi diri. Maka mohonlah perlindungan dari Allah SWT. Kemudian sering-seringlah mengingat Allah SWT, tumbuhkan rasa takut kepada-Nya.
Ingatlah bahwa manusia tidak akan hidup selamanya, ingatlah ada masa sakaratul maut, ada masa alam kubur, ada masa di padang makhsyar dan masa lainnya yang harus dipersiapkan.
3 Sadari Tak Ada Kekuatan Diri untuk Memerangi Hawa Nafsu
Ketika telah menginterospeksi manusia akan sadar bahwa sulit melawan hawa nafsu. Lalu bagaimanakah caranya? Disinilah langkah terpenting pengobatan. Allah SWT maha tahu akan sulitnya peperangan tersebut.
Allah SWT juga maha tahu bahwa kita tidak mampu berdiri sendiri menghadapi senjata dan godaan hawa nafsu. Oleh itu Allah SWT hanya menuntut kita untuk mulai melangkah.
BACA JUGA:Â Begini Cara Setan Pengaruhi Nafsu Manusia
4 Memohon kepada Allah SWT sebagai Langkah Awal
Akuilah bahwa diri tidak memiliki kekuatan untuk melawan hawa nafsu. Seandainya Allah SWT meninggalkan kita, maka kita akan menjadi tawanan dan budak nafsu. Ingatlah kembali asal dan hakikat diri sebagai manusia ciptaan Allah SWT.
Manusia hanyalah makhluk yang lemah. Kekuatan, kesehatan, harta dan kemegahan adalah hal yang bersifat incidental dan tidak berlangsung terus menerus.
Maka manusia harus merendahkan diri dihadapan Allah SWT, mengakui kelemahan dan tunduk kepadanya. Serta selalu meminta pertolongan kepadanya. Seandainya Allah SWT tidak menolong kita maka binasalah kita.
Jika manusia ingin ditolong oleh Allah SWT hendaknya selalu merasa diri tidak memiliki apa-apa, sebagaimana telah diketahui bahwa sedekah adalah untuk orang fakir dan miskin. Barang siapa yang ingin mendapatkan pertolongan Allah SWT hendaklah mewujudkan rasa tidak memiliki apa-apa.
Pahamilah ketidakberdayaan diri, maka Allah SWT akan memberikan kekuatan-Nya. Pahamilah kelemahan diri maka Allah SWT akan memberikan kelbihannya. Inilah awal jalan menuju Allah SWT. menyadari keleman diri dan tunduk kepadanya.
5 Mengakui nikmat Allah SWT Melimpah
Hendaknya kita mengakui betapa banyak nikmat Allah SWT yang kita terima. Allah SWT yang telah memberikan kenikmata iman yang menghindarkan kepada dari golongan kafir.
Hendaklah mulai memperhatikan dengan amalan sehari-hari, jika sering melakukan sholat malam, hendaklah bertanya kepada diri sendiri, siapa yang telah membangunkannya dari tidur?
Apakah karena kemampuannya ataukah nikmat Allah SWT? lalu siapakah yang memubat lidahnya membaca Al-Quran dan berdzikir? Maka bersykurlah kepada Allah atas segala nikmat yang diterima.
BACA JUGA:Â Cara Mengendalikan Nafsu Diri Sendiri
6 Membangun jati diri
Setelah kita mengamati penyakit hati, fase selanjutnya adalah mulai membangun jati diri. Harus disadari bahwa semua kekuatan kita untuk membangun jati diri adalah karunia Allah SWT. Maka hendaklah kita terus memohon pertolongan kepada Allah SWT.
Hati adalah raja dalam diri, hati harus dibarengi akal. Jika akal itu lemah maka nafsu akan menguasai hati. Maka yang harus dilakukan pertama adalah membangun akal.
Membangun akal tidak bisa dilakukan tanpa ilmu. Dengan ilmu manusia akan mengenali Tuhannya dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Dengan ilmu pula manusia bisa mengenali dirinya, kelebihan dan kedzalimannya.
Serta dengan ilmu manusia dapat mengetahui pintu-pintu setan. Dengan ilmu manusia dapat mengetahui mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah. Ilmu adalah imam dan amal perbuatan adalah makmumnya.
Tahap kedua membangun diri adalah menghambakan hati kepada Allah SWT. hati dituntut untuk menghambakan dan beribadah kepada Allah SWT.
Jika hati tidak menghambakan diri kepada Allah SWT, maka hati bisa jadi menghamba pada nafsu. Bertaubatlah kepada Allah SWT dari penghambaan nafsu dengan taubatan nasuha.
BACA JUGA:Â Kendalikan Hawa Nafsu, Ini yang Harus Diperhatikan
Para ulama berkata bahwa manusia harus rajin sholat berjamaah, berusaha sekuat tenaga untu sholat malam dan bermunajat kepada-Nya, menjaga bacaan Al-Quran, berdzikir, berpuasa, membiasakan diri mengingat Allah SWT kapan saja, Â agar hatinya terus menghambakan diri kepada Alah SWT.
Tahap terakhir membangun diri adalah mengasah hati dan membersihkannya. Hawa nafsu harus ditempatkan sebagai mush, dan kita harus berjihad melawannya.
Setiap orang yang ingin membangun jati diri harus melakukan perbuatan untuk bertaqwa kepad Allah SWT. di antara cara tersut yaitu tidak terlalu berharap berlebihan, ingat mati, dan ingat fase-fase di akhirat. []
Sumber: Menjadi Generasi yang Sukses/penulis: Dr. Majdi Al-Hilali/ Penebit: Albayan