Oleh: Taufik Ginanjar
PERNAH kita merasakan, dulu saat duduk di bangku sekolah yang sama, tapi kok teman kita lebih melesat prestasinya? Kuliahnya bareng, tapi dia terlihat lebih mujur karirnya? Sama-sama membangun usaha, eh tiga tahun kemudian dia udah bisa berkembang pesat sementara kita masih segini-segini aja? Temen-temen yang lain udah pada nikah, eh kenapa jodoh belum kunjung datang? Hidup serasa tak adil, seolah banyak kenestapaan yang menghimpit
Sebenarnya, apa yang terjadi?
Persepsi seseorang memengaruhi refleksi perilakunya. Sedangkan komposisi persepsi terbesar dibentuk oleh keyakinan (iman) dan ilmu pengetahuan. Pantas saja, umar mengatakan jika ingin bahagia, ya dengan ilmu. Jika cara kita memandang sesuatu (persepsi) sudah benar, dengan memakai kacamata Al-Quran dan Hadits, kita akan menemukan sebuah kesimpulan bahwa Allah memberikan yang terbaik untuk diri kita masing-masing.
BACA JUGA: Takdir Mubram dan Muallaq, Ini Perbedaannya
Allah yang lebih tau apa yang terbaik bagi diri kita. Allah yang maha memelihara kita. Mahasuci Allah dari sangka-sangka buruk kita terhadap-Nya, Allah tak pernah salah dalam menakdirkan kehidupan seseorang. Hakikatnya semua ini ujian. Bagian dari validasi keimanan kita terhadap-Nya.
Ada potret menarik sekaligus uswah (role model) dari Nabi Musa AS, bagaimana cara Allah memberi yang terbaik untuknya. Ini menjadi pelajaran bagi kita semua, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Qashash ayat 3:
نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَىٰ وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman”.
Dalam surah Al-Qashash 15-22 dikisahkan bahwa nabi Musa AS dikejar oleh para pembesar kota Memphis karena meninju orang dari golongan kaum firaun, meski satu pukulan, orang itu mati. Nabi Musa AS mengakui kesalahannya, mengakui dosanya dan bertaubat kepada Allah. Nabi Musa bergegas meninggalkan Memphis.
Hingga sampai di Madyan, dia melihat banyak orang sedang mengantri memberi minum hewan ternaknya di salah satu sumber air di kota tersebut. Musa AS melihat dua gadis di paling belakang, terlihat hewan ternaknya ingin ke sumber air, namun terus ditahan oleh kedua gadis tersebut. Mereka tak ingin berdesakan dengan lelaki. Mereka rela mengantri karena ayahnya sudah sangat tua. Tak memungkinkan melakukan pekerjaan itu.
Padahal banyak orang melihat gadis itu mengantri. Namun hanya nabi Musa AS lah yang tergerak hatinya untuk menolong kedua gadis itu. Meski dalam kondisi dirinya sendiri sedang kelaparan.
Dipapahnya hewan ternak kedua gadis itu ke sumber air, diberi minum, selesai, beres itu nabi Musa AS langsung berteduh. Tak ada modus apapun pada kedua gadis yang telah ditolongnya itu. Kedua gadis itu kembali ke rumahnya.
Di sisi lain rasa lapar semakin terasa oleh Musa AS. Coba perhatikan bagaimana nabi Musa berdoa dan Allah abadikan doanya dalam Q.S. Al-Qashash : 24
فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
“Musa berdoa; Ya Rabbii.. sesungguhnya aku membutuhkan yang terbaik yang engkau turunkan (berikan) kepadaku, aku sangat faqir.”
Apa yang terjadi kemudian?
Ayah kedua gadis yang ditolong tadi oleh Musa AS ternyata adalah Nabi Syuaib AS. Musa diundang ke rumahnya untuk dijamu sebagai bentuk terimakasih.
Bukan hanya itu, setelah Musa AS menjelaskan kisahnya, Nabi Syu’aib menegaskan bahwa Musa AS diberi perlindungan, menjamin keselamatan dirinya.
Lebih dari itu, salah seorang putri nabi Syuaib meminta ayahnya agar melakukan kontrak kerja dengan nabi Musa AS dalam mengelola bisnis keluarga mereka. Kontrak MOU-nya 8-10 tahun.
Dan, tanpa diduga-duga, nabi Syuaib AS meminta nabi Musa AS agar menikah dengan salah satu putrinya itu.
Allahu Akbar, luar biasa. Allah memberikan yang terbaik. Mungkin dalam logika kita, saat kita lapar, ya kita berdoa agar Allah ngasih rezeki berupa uang atau makanan. Tapi Musa AS begitu merendahkan dirinya di hadapan Allah SWT. Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi Musa.
Musa mengakui kefaqirannya, Dia meminta yang terbaik dari Allah SWT. Allah beri makan nabi Musa, Allah beri perlindungan atas pengejaran Musa oleh pembesar Memphis, Allah beri rezeki dengan mengelola bisnis keluarga Syuaib selama delapan tahun, Allah berikan jodoh untuk nabi Musa AS.
Marilah kita ambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi pada Nabi Musa AS. Teruskanlah doa-doa kita kepada Allah, rasakanlah bahwa kita faqir kepada Allah saja. Faqir dari ilmu, Faqir dari segala daya dan kekuatan. Tolonglah saudara atau orang lain dengan ikhlas, pasti terbalas.
BACA JUGA: Bisa Membelah Lautan, Dimana Kini Tongkat Nabi Musa Berada?
Terakhir, Pahami Small Test
Small Test (ujian kecil) sering hinggap di dalam kehidupan kita. Contohnya saja di kisah nabi Musa AS itu, ada small test. Dimana dia melihat kedua putri nabi Syu’aib, tindakan yang diambil oleh nabi Musa adalah menolong mereka dengan ikhlash. Padahal ada banyak pemuda lain yang turut melihat apa yang dilihat Musa. Tapi hanya nabi Musa AS yang berhasil menyelesaikan small test tersebut. Allah tolong dia dengan memberi yang terbaik. Makan, jaminan keamanan, kontrak bisnis, eh dapat jodoh terbaik pula.
Mari perbaiki persepsi kita. Caranya pedomani Al-Quran dan Hadits, implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jaga sangka baik kita kepada Allah. Allahu A’lam. []
SUMBER: PERSIS