Pada Hari Raya Idul Fitri, sebagian umat Islam terbiasa mengenakan pakaian baru. Sebenarnya, hal ini bukanlah suatu kewajiban. Karena yang dianjurkan Islam adalah umatnya mengenakan pakaian terbaiknya, yakni yang bersih dan suci.
Namun, sebagian mereka ingin memberikan yang terbaik untuk Islam dengan cara menyisihkan sebagian uang untuk membeli pakaian baru. Hal itu juga sebagai penghormatan terhadap hari raya Islam. Saat hari raya tiba, anak perempuan Amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz datang menemui ayahnya. la mengadu padanya, “Ayah, semua orang mengenakan pakaian baru pada saat hari raya. Aku juga sangat ingin mengenakannya. Berikanlah aku uang untuk membeli pakaian baru.”
BACA JUGA: Umar bin Abdul Aziz Tolak Penghormatan Berlebihan
Melihat anaknya yang meminta dengan penuh harap, Umar merasa tak tega menolaknya. la lalu memanggil pelayannya, lalu berkata padanya, “Pelayan, berikan gaji bulan depanku, sekarang.Aku ingin memakainya untuk membeli baju putriku!”
Pelayan itu tidak segera menjalankan perintah tuannya. la tidak beranjak dari tempatnya. la hanya terdiam sambil memandang sang Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz. Umar lalu bertanya padanya, ” Ada apa denganmu? Kenapa kamu diam?”
“Wahai Amirul Mukminin, Anda ingin mengambil gaji bulan depan Anda? Apakah anda dapat menjamin bahwa Anda akan tetap hidup hingga bulan ini?” tanya si Pelayan.
Umar terdiam. la seperti tersadar terhadap perbuatannya. Umar lalu berkata, “Terima kasih atas nasihatmu, pelayan. Kau benar. Aku tidak dapat menjamin diriku akan tetap hidup hingga bulan ini.”
BACA JUGA: Antara Witirnya Umar dan Abu Bakar
Umar pun berbicara pada putrinya,”Anakku, urungkanlah keinginanmu untuk memiliki pakaian baru. Apa kamu mau mengenakan pakaian baru, sementara ayah masuk neraka?”
Putri Umar pun akhirnya memahami bahwa ayahnya tidak membelikan pakaian bukan karena pelit. Namun, ia sangat menjaga amanat yang diberikan padanya. Juga karena ia takut melanggar ketentuan Allah subhaanahu wa ta’ala. []
Sumber: Kisah Inspiratif Untuk Anak Muslim/ Penulis: Ariany Syurfah/ Penerbit: Penebar Swadaya, 2015