SUNAH Rasulullah SAW mencangkup segala hal yang berkaitan dengan perikehidupan dan kesehariannya. Sunah nabi lah yang menjadi cara hidup muslim. Sunah Nabi lah contoh nyata bagi muslim dalam menjalankan kehidupannya.
Sunah juga menyangkut adab atau tata krama. Muslim yang baik senantiasa mengamalkan adab dalam segala aktivitasnya.
Adab ini juga diatur dalam Islam, secara luas dan menyeluruh mulai dari kelahiran hingga kematian, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan, hal kecil seperti berjalan kaki.
BACA JUGA: 17 Adab Berbicara dalam Islam
Adab berjalan dijelaskan oleh Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitabnya Mausuu’tul Aadaab al-Islamiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Sunah.
Berikut adalah adab berjalan sesuai tuntunan Islam dalam kitab tersebut:
1 Niat yang benar
Seorang Muslim hendaklah berniat yang benar ketika hendak berjalan. Niatkan berjalan itu untuk tujuan yang baik itu sebagai ibadah dengan mengharapkan ridha dari Allah SWT.
“Apabila berjalan hendak ke masjid, niatkan untuk beribadah kepada Allah. Jika berjalan untuk bekerja, niatkan untuk mencari rezeki yang baik dan halal untuk keluarga,’’ terang Syekh Sayydi Nada.
Bahkan, ketika akan berjalan untuk suatu permainan yang diperbolehkan, kata dia, hendaklah berniat untuk mencari penyegaran agar jiwa kembali segar dan bersemangat untuk beribadah.
Menurut Syekh Sayyid Nada, dengan menghadirkanniat yang benar, maka akan mencegah seorang Muslim dari berjalan untuk sesuatu yang haram.
2 Tak berjalan untuk suatu yang haram
Sesungguhnya, kedua kaki akan memberi kesaksian berbicara pada hari kiamat. Untuk itu, hendaklah menghindar dari berjalan untuk sesuatu yang dilarang agama. Sebab, setiap ayunan langkah kita menuju sesuatu yang diharamkan akan berbuah dosa.
3 Bersikap tawadhu dan tak sombong ketika berjalan
Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.’’ (QS Al-Israa: 37)
Allah juga berfirman:
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.’’ (QS Lukman: 18)
Ahli Tafsir, Ibnu Katsir, mengingatkan agar seorang Muslim membanggakan diri, sombong, takabur dan keras kepala, karena Allah akan murka Keempat, berjalan normal. Hendaklah seseorang berjalan normal, yakni pertengahan antara berjalan terlalu lambat dan terlalu cepat. Ibnu Katsir menjelaskan, berjalan normal adalah berjalan secara biasa. Tidak terlalu cepat dan tak terlalu lambat, melainkan “Pertengahan di antara keduanya.”
4 Tak menoleh ke belakang
Dalam Shahiihul Jaami dikisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW apabila berjalan tidak menoleh ke belakang. Menoleh ke belakang saat berjalan dapat membuat seseorang bertabrakan, tergelincir serta bisa juga dicurigai oleh orang yang melihatnya.
5 Tak berpura-pura lemah ketika berjalan
Berpura-pura lemah ketika berjalan dengan maksud untuk dilihat orang lain dilarang dalam Islam. Selain itu, juga tak boleh berpura-pura sakit ketika berjalan, karena dapat mengundang kemarahan Allah SWT.
6 Berjalan dengan kuat
Setiap Muslim harus berjalan dengan tegap seperti yang dicontohkan Nabi SAW. Menurut Syekh Sayyid Nada, cara berjalan seperti Rasulullah SAW lebih dekat kepada roh Islam.
‘’Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah SWT, dibandingkan mukmin yang lemah,’’ kata Syekh Sayyid Nada.
BACA JUGA: Sepele Namun Sering Diabaikan, Ini Adab Menguap dan Bersin dalam Islam
7 Menghindari cara berjalan yang tercela
Contoh berjalan yang tercela itu antara lain; berjalan dengan sombong dan takabur, berjalan dengan gelisah dan gemetaran; berjalan dengan loyo seperti orang sakit; berjalan meniru lawan jenis; berjalan terburu-buru dan terlalu cepat; serta berjalan seakan-akan melompat.
8 Tidak berjalan dengan satu sandal
Rasulullah SAW bersabda, ‘’Apabila salah seorang dari kalian memakai sandal, maka hendaknya memulai dari yang kanan. Apabila ia melepasnya, maka mulailah dari yang kiri. Pakailah kedua-duanya atau lepaskanlah kedua-duanya.’’
9 Bertelanjang kaki sesekali waktu
bertelanjang kaki termasuk tanda tawadhu di hadapan Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan, ‘’Nabi SAW memerintahkan kami agar kadang kala bertelanjang kaki.’’ (HR Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasa’I).
Menurut Syekh Sayyid Nada, bertelanjang kaki adalah perkara yang baik, syaratnya tidak terdapat najis pada tanah serta sesuatu yang dapat menyakiti kedua telapak kaki. []
Referensi: Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Sunah/Karya: Syekh Sayyid Nada/Penerbit: Pustaka Imam asy-Syafi\’i/Tahun: 2009