SAUDARAKU, ketika kegagalan-kegagalan terus menghampiri, dan musibah datang silih berganti, terkadang orang nekat melakukan bunuh diri sebagai solusi mengakhiri penderitaan. Mereka berpikir dengan cara itulah semua kondisi yang ada akan terselesaikan.
Akankah tercapai harapannya? Tentu saja tidak. Bukannya menyelesaikan masalah, justru malah mendatangkan masalah. Dari mulai proses memandikan, mengafani, hingga menguburkan. Para pentakziah enggan datang. Apalagi menyalatkan. Sampai-sampai bingung harus dimana dikuburkan.
BACA JUGA: Saudaraku, Ketika Malaikat Maut Mencabut Nyawa Orang Mukmin
Secara lahiriah, karena sudah menjadi jenazah, ia tidak memerlukan proses tersebut. Ia sudah tidak bernyawa lagi. Mau dimandikan, dishalatkan, atau dikuburkan, dia sudah tidak mau tahu.
Akan tetapi inilah sebenarnya azab pertama yang akan diterima oleh seseorang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sudah dipastikan azab-azab berikutnya segera menyusul dan pasti akan terus terjadi, sampai hari pembalasan nantinya.
Demikian pula dengan hal menghilangkan nyawa orang lain. Nabi Muhammad SAW sejak pertama kali menyebarkan Islam, telah mengajarkan kepada penduduk Makkah betapa berartinya seorang manusia.
Beliau menentang pembunuhan seorang anak perempuan –seperti yang pernah dilakukan Umar sebelum masuk Islam- yang kala itu sudah menjadi tradisi bangsa Arab. Dan, pelajaran itu diteruskan Rasulullah SAW dalam kehidupan keseharian.
Dalam perang, misalnya Rasulullah SAW tegas-tegas melarang para sahabat membunuh anak-anak dan wanita –selain dilarang merusak kota, gereja, atau tempat ibadah lainnya.
“Dan tidaklah pantas seorang mukmin membunuh mukmin yang lain, kecuali karena bersalah (tidak sengaja). Dan siapa saja membunuh orang mukmin karena tersalah, hendaknya ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan keluarganya, kecuali jika mereka menyedekahkannya,” (QS. An-Nisa ayat 92).
BACA JUGA: Karena Setiap yang Bernyawa Pasti akan Diuji
Saudaraku, alangkah indahnya hidup ini bila kita semua saling menghargai nikmat nyawa yang telah Allah karuniakan kepada kita.
Dengan alasan apapun, dengan cara apapun menghilangkan nyawa, baik sendiri maupun dengan orang lain, merupakan pilihan yang buruk dan mendatangkan keburukan. Bukan saja di dunia, tapi juga di akhirat. Bukan saja pelakunya tapi jjuga yang lainnya. []
Sumber: Jangan Putus Asa/karya: Masyhuril Khamis/penerbit: Republika