SAAT Umar bin Khattab terpilih menjadi khalifah, ia biasa mencari penghasilan hidupnya dengan berdagang.
Ketika ia dinobatkan menjadi Amirul Mukminin, ia diberi gaji dari kas negara yang bila dikalkulasi, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Umar dan keluarganya dengan standar. kehidupan yang paling rendah.
Selang beberapa waktu, sekelompok sahabat-sahabat senior seperti Ali, Utsman, dan Thalhah mendiskusikan lalu memutuskan untuk menaikkan gaji Umar. Tetapi tidak seorang pun yang mempunyai keberanian untuk mengajukan usulan itu kepada khalifah.
BACA JUGA: Ketika Umar bin Khattab Dipersilahkan Shalat di Tempat Ibadah Agama Lain
Akhirnya mereka pergi menemui Hafshah, putri khalifah dan janda Rasulullah. Mereka meminta Hafshah untuk meminta persetujuan Umar atas usulan mereka.
Hafshah pergi menemui Umar dan mengajukan proposal untuk menaikkan gaji Umar. Segera setelah Umar mendengarkan usulan tersebut, ia naik pitam dan membentak, “Siapakah orang-orang yang telah mengajukan usulan jahat ini?”
Hafshah diam tidak menjawab. Khalifah Umar berkata lagi, “Seandainya aku mengetahui mereka niscaya aku akan memukulnya hingga babak belur.
Dan engkau putriku, engkau bisa melihat di rumahmu sendiri pakaian-pakaian terbaik yang biasa dipakai Rasulullah, makanan terbaik yang biasa dimakan Rasulullah, dan ranjang terbaik yang biasa beliau gunakan untuk tidur. Apakah milikku lebih buruk dari semua ini?”
BACA JUGA: Perjanjian Umar bin Khattab di Yerusalem
“Tidak, ayah, tidak,” jawab Hafshah.
“Kalau begitu katakan pada orang yang telah mengirimmu,” Umar diam sejenak sebelum akhirnya melanjutkan, “Bahwa Rasulullah telah menetapkan standar kehidupan seseorang dan aku tidak akan menyimpang dari standar yang beliau gariskan.” []
Sumber: Hikayat-i-Sahabah (Zakaria)