SUATU ketika Muawiyah ibn Abu Sofyan mengirimkan uang sebesar 80.000 dirham kepada Aisyah Ra. Setelah diterimanya, uang itu segera dibagi-bagikannya kepada fakir miskin sehingga tidak sedikitpun tersisa untuk Aisyah sendiri. Padahal ketika itu, ia sedang berpuasa dan pakaian yang lekat di badannya sangat usang.
Melihat kondisi Aisyah, pembantunya berkata kepadanya, “Hai Ummul Mukminin, alangkah baik seandainya engkaku menyisakan sedikit uang tadi untuk membeli daging buat berbuka puasa.”
Aisyah Ra baru saha sadar bahwa ia tidak mempunyai makanan apapun untuk berbuka hari itu. Maka beliau berkata pada pembantunya, “Seandainya engkau mengingatkanku tadi, maka akan aku tinggalkan sedikit untuk kita berbuka,”
BACA JUGA: Hikmah dari Rasa Sakit
Sedikit mungkin kita melihat bahwa sikap Aisyah ini aneh dan berlebihan. Akan tetapi kalau kita mendalami makna puasa, maka sikap ini bukan saja wajar tetapi bahkan seharusnya ada pada setiap orang yang berpuasa.
Pada kesempatan puasa lainnya, Aisyah pernah didatangi seorang fakir miskin yang kelaparan meminta sedekah . Aisyah Ra lalu kemudian bertanya kepada pembantunya, “Apakah kita mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang ini?”
“Kita hanya mempunyai sepotong roti kering untuk kita buka puasa nanti,” jawab pembantunya.
“Berikan roti itu kepadanya,” perintah Aisyah. Lalu pembantunya melaksanakan perintah tersebut.
Inilah teladan luar biasa dari seorang istri Rasulullah SAW. Mungkin sangat berbeda jauh dengan kita, atau para istri lainnya. Di saat dalam keadaan kekurangan, Ummul Mukminin masih tetap berusaha untuk berbagi dengan yang lainnya, berupaya memberi orang yang sangat membutuhkan.
Dalam Al-Quran, kelaparan merupakan salah satu cobaan Allah kepada setiap makhluk-Nya. Kalau kita mampu dan sabar menghadapinya, Allah akan memberi kabar gembira.
Allah SWT berfirman, “Dan, sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sebagian ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS. Al-Baqarah ayat 155).
BACA JUGA: Inilah 4 Kisah Penuh Hikmah dalam Al Kahfi
Bisa jadi, kelaparan merupakan balasan atau ujian, karena kita mengingkari (kufur) nikmat yang selama ini kita terima dari Allah.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan, Allah telah membuat suatu perumpamaan, sebuah negeri yang dulu aman, dan tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat. Tetapi, (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, lantaran itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian, kepalaran dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat, (QS. Al-Nahl ayat 112).
Tak selamanya hidup kita beruntung. Juga, tidak semuanya juga bisa hidup berkecukupan. Lapar mengajarkan kita untuk bersyukur akan keberuntungan yang kita dapatkan. Sekaligus membangun empati agar mau berbagi dengan mereka yang tidak seberuntung kita. []
Sumber: Jangan Putus Asa/karya: Masyhuril Khamis/penerbit: Republika