Oleh: Dini Sri Mulyati
LINGKUNGAN baru, kebiasaan baru. Senang sekali aku mengamati kebiasaan di sekitar tempat kostku. Temasuk kegiatan malam Minggu. Berada di kota metropolitan membuatku penasaran, apa saja yang dilakukan? Benarkah seperti yang orang-orang katakan?
Sudah biasa ku berdiam diri di depan pintu kost-an. Bukan untuk hal yang bukan-bukan, tapi semata-mata mencari sinyal untuk internetan. Maklum meski berada di kota metropolitan ternyata sinyal masih susah didapatkan.
Kegiatan itu mempermudahku untuk mengamati, apa sih yang biasa dilakukan muda-mudi? Ternyata ada benarnya juga orang cerita. Malam Minggu membuat aktivitas menggeliat semakin nyata. Suara motor, derap-derap sepatu, dan suara-suara orang berbicara.
Sekali dua kali tetangga kost-an mengajak jalan. “Jalan ke Plaza, yuk!” katanya. Tapi aku selalu menolak. Tugas dan pekerjaan sering menyelamatkan.
Tak jarang pasangan-pasangan hilir mudik. Membuatku seperti orang udik, kadang. Teraneh-aneh pada sesuatu yang mungkin jadi kebiasaan mereka. Jika bukan karena sinyal ingin kukunci saja pintu kamar rapat-rapat, agar tak bisa lihat. Malu sendiri rasanya aku.
Tertawa-tawa pula mereka. Tak merasa enggan atau berdosa. Berjalan bergandeng tangan. Padahal belum disahkan. Ada lagi yang memutar musik kencang-kencang. Entah apa maksudnya. Oh… inikah geliatnya?
Beda lagi dengan kisah tetanggaku yang satu ini. Masih kuliah tapi sudah menikah. Apa yang dikerjakannya kadang-kadang membuatku merasa tersipu sendiri. Salah mungkin aku mendengarnya, bukan aku menguping tapi bagaimana lagi… Toh kedengaran. Bagaimana tidak? Pintunya hanya berjarak sekira satu meter dari tempat aku berdiam.
Pasangan ini menghabiskan membaca Al-Quran bersama. Sekali-kali saling membenarkan salah bacaannya. Kemudian Sang Istri bertanya pada suaminya tentang agama. Sang Suami menjawab dengan penuh kasih sayang.
Kudengar lagi mereka bercanda, saat mau makan ceritanya. Kudengar mereka berdoa bersama. Duh, indahnya.
Dua hal yang sama tapi bertolak belakang. Sama-sama mencinta tapi mendapat hal yang berbeda. Jika kisah Si Istri dan Suami mendapat Ridho Ilahi. Entahlah bagi mereka yang berseliweran di hadapanku tadi.
Malam Minggu. Mau diapakan? []