KITA terkadang keliru ketika menilai roh dan badan. Kita menganggap keduanya memilki sesuatu yang sama. Padahal, roh dan badan itu merupakan dua hal yang berbeda. Kesalahan dalam penilaian antara keduanya ini juga dilakukan oleh golongan-golongan tertentu.
Sebagai ahli ilmu kalam pelaku bidah, seperti Jahamiyah dan Muktazilah, berpendapat bahwa roh merupakan bagian dari badan atau salah satu sifat badan. Mereka mengatakan bahwa roh adalah nafas atau angina yang mengalir di badan. Sebagian mereka mengatakan bahwa roh adalah kehidupan, temperamen, atau jiwa badan.
Para filosof Peripatetisme menetapkan bahwa iwa kekal setelah terpisah dengan badan, namun mereka menyifati jiwa secara keliru. Mereka mengatakan bahwa setelah berpisah dengan badan, jiwa menjadi akal.
BACA JUGA: Tempat Roh Para Syuhada dan Ahli Maksiat
Akal, menurut mereka, terlepas dari materi dan hubungan-hubungan materi. Materi adalah jisim, sedangkan akal berdiri sendiri, tidak disifati dengan gerak dan diam, serta bersifat tetap.
Mereka semua keliru dalam menulis mengenai roh. Kebanyakan ahli ilmu kalam pelau bidah yang mengatakan bahwa roh adalah kehidupan, temperamen, atau jiwa badan telah menafikan azab kubur. Mereka mengatakan bahwa tak ada roh yang mendapat nikmat atau azab di alam barzakh. Mereka menolak nas-nas yang menetapkan hal itu.
Para filosof yang menduga bahwa roh, setelah terlepas dari badan, menjadi akal, berpendapat: Setelah terlepas dari badan, roh tidak mengalami lagi satu keadaan pun, tidak mendapat pengetahuan dan persepsi, tidak pendengaran, penglihatan dan keinginan, tidak juga senang, gembira dan hal-hal lain yang selalu baru.
Menurut mereka, roh kekal dan tetap dalam satu keadaan secara abadi. Demikian pula pendapata mengenai akal dan jiwa.
Sebagian filosof menyifati zat wajib ada (Tuhan). Mereka mengatakan bahwa roh tidak berada di dalam atau di luar badan, tidak berbeda dan tidak menyatu dengan badan, tidak bergerak dan tidak diam, tidak naik dan tidak turun, juga bukan jisim atau bukan jiwa.
Penyebab kedua golongan itu terjebak dalam kekeliruan adalah bahwa mereka bersandar pada akal dan ukuran-ukuran yang mereka buat dalam membahas hal yang ghaib.
Golongan pertama mengingkari eksistensi roh yang terpisah dari badan. Ini mendustakan nas-nas yang mutawatir, sekaligus mengingkari ajaran agama yang fundamental.
Sedangkan para filosof Peripatetisme dan yang sealiran dengan mereka membenarkan eksistensi roh yang terpisah dengan badan, tetapi karena, “roh ini bukan dari jenis badan, bukan pula jenis materi dan turunan dari materi tersebut, bahkan ia adalah jenis lain yang berbeda dengan jenis-jenis lain,” maka mereka kesulitan dalam mendefinisikan dan mendeskripsikannya. Ungkapan dan standar mereka dalam menjelaskan nampak sempit.
BACA JUGA: Usai Rohnya Ditiupkan, Ini Doa yang Diucapkan Nabi Adam
Allah telah memberi petunjuk kepada orang-orang yang menrima ajakan Allah dan Rasul-Nya serta mengimani apa yang dikabarkan kepada mereka.
Mereka pun mengetahui bahwa “roh adalah jisim yang berbeda dengan jisim yang dapat diindera (badan). Ia adalah jisim cahaya, luhur, ringan, hidup dan bergerak, yang bekerja pada inti (jauhar) anggota tubuh dan mengalir di dalamnya seperti mengalirnya air dalam telaga, lemak dalam zaitun dan api dalam bara.
Selama anggota tubuh dapat menerima pengaruh-pengaruh dari jisim yang halus ini, maka jisim halus ini akan menyatu dengan anggota tubuh itu dan memberinya pengaruh dalam bentuk rasa, gerak dan keinginan.
Jika anggota tubuh itu rusak karena dikuasai campuran-campuran yang melemahkannya, dan tak mampu menerima pengaruh-pengaruh tersebut, maka roh terlepas dari badan dan memasuki alam roh.
Allah Azza wa jalla telah memberi petunjuk kepada orang-orang yang menrima ajakan Allah dan Rasul-Nya serta mengimani apa yang dikabarkan kepada mereka.
Mereka pun mengetahui bahwa “roh adalah jisim yang berbeda dengan jisim yang dapat diindera (badan). Ia adalah jisim cahaya, luhur, ringan, hidup dan bergerak, yang bekerja pada inti (jauhar) anggota tubuh dan mengalir di dalamnya seperti mengalirnya air dalam telaga, lemak dalam zaitun dan api dalam bara.
Selama anggota tubuh dapat menerima pengaruh-pengaruh dari jisim yang halus ini, maka jisim halus ini akan menyatu dengan anggota tubuh itu dan memberinya pengaruh dalam bentuk rasa, gerak dan keinginan.
Jika anggota tubuh itu rusak karena dikuasai campuran-campuran yang melemahkannya, dan tak mampu menerima pengaruh-pengaruh tersebut, maka roh terlepas dari badan dan memasuki alam roh.
Untuk menunjang pembahasan masalah ini, berikut akan disampaikan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa roh itu adalah sesuatu yang terpisah dari badan. Misalnya ayat:
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Dia menahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya,” (QS. Az-Zumar: 42).
“Dan seandainya kau lihat ketika malaikat-malaikat mewafatkan orang-orang kafir sambil memukul wajah dan bokong mereka,” (QS. Al-Anfal: 50).
Sedang para malaikat memukul degan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu,” (QS. Al-An’am: 93).
Ingatlah. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya), “Siapakah yang dapat menyembuhkan?” dan dia yakin bahwa itulah waktu perpisahan (dengan dunia), bertaut betis (kiri) dan dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu digiring,” (QS. Al-Qiyamah: 26-30).
BACA JUGA: Adakah Roh Gentayangan? Ini Kata Nabi
Lalu mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan (tidak kamu kembalikan), padahal kamu ketika itu melihat,” (QS. Al-Waqi’ah: 83-84).
Sesuatu yang dipegang dan diwafatkan oleh malaikat, yang mencapai kerongkongan, dan yang digiring, mestilah sesuatu yang hakiki yang berbeda dengan jasad.
Kami juga telah mengemukakan hadis-hadis yang di dalamnya Rasulullah SAW memberitakan kepada kita bahwa malaikat maut menggenggam roh, meletakkan roh itu di kafan dari surga atau neraka sesuai kebaikan dan kehajatannya.
Dia membawanya ke langit tinggi dan pintu-pintu langit dibukakan baginya jika ia baik, atau ditutup jika ia jahat. Kemudian roh itu dikembalikan ke jasad, ditanya lalu memperoleh nikmat atau azab kubur.
Beliau juga menceritakan bahwa roh para syuhada berada di sangkar burung hijau, dan roh orang mukmin seperti burung yang bergelantungan di pohon surga dan bahwa jika roh dicabut, pandangan pun ikut tercabut.
Nas-nas ini dan lainnya secara keseluruhan menunjukkan dengan pasti bahwa roh adalah sesuatu yang lain yang berbeda dari badan, dan ia kekal setelah terlepas dari badan. []
Sumber:Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi