PAKAIAN merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Dari sisi fungsi, pakaian digunakan untuk menghangatkan badan ketika cuaca dingin dan menutupi tubuh dari terik matahari. Dalam kaca mata agama, pakaian digunakan untuk menutup aurat. Pakaian juga berfungsi sebagai penunjuk identitas kelompok.
Ada sebuah kisah menarik soal pakaian. Kisah tersebut terjadi pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Suatu ketika datang seorang perempuan kepada Rasulullah membawa jubah. “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku menenun (jubah) ini dengan tanganku sendiri supaya aku dapat memakaikannya padamu,” kata wanita itu sambil menunjukkan barang yang ada di tangannya. Kemudian Rasulullah SAW mengambilnya, karena beliau butuh jubah tersebut. Setelah itu Rasulullah keluar dengan memakai jubah serta memperlihatkan tenunan wanita tadi kepada para sahabatnya.
Kemudian datanglah seorang laki-laki seraya berkata,”Sungguh indah jubahmu itu wahai Rasul! Bolehkah kau memakaikannya padaku.” Beliau kemudian masuk dan melipatnya, lalu memberikannya kepada laki-laki yang beruntung tersebut.
Orang-orang lalu berkata kepada pemuda itu, “Demi Allah, sungguh beruntung kamu, (padahal) Nabishallallahu ‘alaihi wasallam memakainya karena butuh jubah itu, kemudian kamu memintanya. Kamu sebenarnya sangat tahu bahwa beliau tidak pernah bisa menolak orang yang meminta.”
Pemuda itu berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku tidaklah meminta jubah itu untuk aku pakai, tetapi aku minta itu untuk aku pakai sebagai kain kafanku.” Maka jubah itu pun menjadi kain kafan lelaki tersebut ketika ia meninggal dunia.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas adalah kesesuaian perilaku Rasul dengan Al-Qur’an. Seperti yang telah difirmankan Allah dalam kitab-Nya “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” Di sini kita bisa mengatakan bahwa Rasulullah adalah Al-Qur’an berjalan. Beliau mempraktikkan Al-Qur’an yang telah menjadi wahyu sekaligus petunjuk bagi diri serta umatnya. Dari sini, maka sangat layak bila Allah menyebut beliau sebagai uswah hasanah (teladan yang baik dalam menjalankan agama).
Pelajaran berikutnya, bahwa sang sahabat mengajarkan cara tabarruk (mencari berkah). Yaitu dengan meminta jubah yang pernah dikenakan Nabi. Inilah yang disebut oleh para ulama dengan tabarruk bi adz-dzat (mencari berkah dari benda yang digunakan Nabi). Segala yang pernah melekat pada diri Nabi selalu menjadi rebutan di antara sahabat. Termasuk sehelai rambut beliau. Betapa para sahabat mencintai Rasulnya. Subhanallah. []
Sumber: Ditulis oleh M. Khalimi, alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagaimana dikutip dari laman NU.