“Bacaan kami adalah bacaan Abdullah bin Katsir, dan atas bacaan yang sama pula orang-orang penduduk Makkah (melakukannya).” -Imam Syafi’i
Makkah adalah tempat pertama turunnya ayat Al-Qur’an. Dari tempat inilah Nabi Saw. mendakwahkan Islam. Wahyu yang diterima Nabi dari malaikat Jibril, beliau ajarkan kepada para Sahabatnya. Dari Nabi, para Sahabat menerima bacaan Al-Qur’an dan sangat antusias menghafal ayat Al-Qur’an yang disampaikan Nabi.
Dari para Sahabat, para tabi’in menerima bacaan Al-Qur’an hingga berlanjut ke generasi berikutnya. Di antara generasi tabi’in ada seorang yang fasih membaca Al-Qur’an dan ia menjadi guru para pembaca Al-Qur’an.
BACA JUGA: Guru Imam Bukhari dan Muslim adalah Murid Imam Syafi’i
Bernama lengkap Abdullah bin Katsir bin ‘Amru bin Abdullah bin Zadan bin Fairuz bin Hurmuz. Namanya biasa kita kenal dengan sebutan Imam Ibnu Katsir.
Sebagai seorang qadhi di Makkah, ia adalah generasi kedua tabi’in. Ia lahir di Makkah pada 45 H dan meninggal di kota yang sama pada 120 H.
Ibnu Mujahid mengatakan, “Abdullah bin Katsir, seorang budak Amr bin Alqamah al-Kinani, dengan sebutan ad-Dari. Ia berguru ilmu qira’at pada Mujahid bin Jabar. Sedangkan Mujahid berguru ilmu qira’at kepada Ibnu Abbas. Sedangkan Ibnu Abbas berguru kepada Ubay bin Ka’ab. Ibnu Katsir tak pernah berbeda pendapat dengan Mujahid pada sesuatu apa pun tentang bacaannya.”
Imam Ibnu Katsir pernah berjumpa dengan beberapa para Sahabat, di antaranya adalah Abdullah bin Zubair, Abu Ayyub al-Ansari, Anas bin Malik, Mujahid bin Jabar, dan Darbas budak pembantu Ibnu Abbas.
Bermula dari seorang budak menjelma menjadi seorang ulama yang faqih terhadap Al-Qur’an, imam sekaligus qadhi Makkah, menjadikannya mulia di mata guru dan muridnya.
Bahkan, seorang qari besar bernama Abu Amr bin al-Ala’ pun pernah belajar membaca Al-Qur’an padanya. Abu Amr menjadikan Ibnu Katsir sebagai guru terdepan dalam mencari ilmu. Ia mengatakan, “Sesungguhnya saya belajar qira’at dari Abdullah bin Katsir, syekh para Qari di Makkah dan sebagai qadhi bagi jemaahnya yang pertama.”
Jika kita adalah guru atau pengajar Al-Qur’an, selayaknya kita meneladani bagaimana sikap Imam Ibnu Katsir dalam mengajarkan Al-Qur’an.
Disebutkan bahwa tatkala Ibnu Katsir mengajar Al-Qur’an, ia selalu memulai pengajarannya dengan memberi nasihat-nasihat yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang diajarkan kepada para santrinya.
Dengan cara itu, Imam Ibnu Katsir berharap agar para santrinya memiliki kesan yang kuat terhadap ayat yang mereka baca. Tujuannya, agar para santrinya membaca Al-Qur’an dengan hati khusyuk, jiwa yang rendah hati, dan mata yang “menangis” dengan mengingat ayat yang dibacanya.
Ibnu Katsir berguru Al-Qur’an kepada Abu as-Saib Abdullah bin as-Saib bin Abu as-Saib al-Makhzumi, Abu al-Hajjaj Muhammad bin Jabr al-Makky dan Dirbas, budak dari Ibnu Abbas. Murid Abdullah bin Katsir yang terkenal adalah al-Bazzi dan Qunbul.
BACA JUGA: Menjadi Guru Ahli Surga dengan Meneladani Sifat Rasulullah
Abdullah bin Katsir adalah seorang ulama ahli di bidang qira’at Al-Qur’an. Qira’at-nya merupakan salah satu qira’at tujuh yang mutawatir, ia meriwayatkan kepada dua muridnya, yaitu Al-Bazzi dan Qunbul.
Demikian sekilas profil Abdullah bin Katsir atau Imam Ibnu Katsir al Makki. Meski singkat, namun keilmuan dan perhatiannya yang besar terhadap bacaan Al-Qur’an menjadikannya ulama besar sepanjang masa.
Untuk menggambarkan kemuliaannya, cukuplah penjelasan Sufyan bin Uyainah tentang dirinya, “Di Makkah tak ada yang lebih bagus bacaan Al-Qur’an melebihinya.”
SUMBER: MUSLIMAHNEWS