KITA sering berbicara tentang kebahagiaan sebagai keadaan pikiran atau sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir.
Dekat dengan Allah SWT dan terus menerus mengincar surga, merupakan orientasi setiap muslim yang ingin berbahagia di kehidupan ini dan di akhirat.
Tapi bisakah kita memupuk kebahagiaan dalam kehidupan kita sehari-hari tanpa melibatkan sunnah?
Faktanya, dalam Sunnah kita selalu merasa bahagia dan bersyukur atas semua nikmat Allah, dan dalam rahmat -Nya Allah menyediakan jalan untuk kebahagiaan, dan bukan rahasia besar bagaimana kebahagiaan bisa dipupuk. Kita hanya perlu membuat pilihan sadar untuk menemukan rute bahagia dalam usaha yang mengelilingi kita.
1 Kebahagiaan ada dalam Latihan yang Kita Lakukan
Nabi Muhammad SAW mendorong gaya hidup yang seimbang dan sehat. Adalah Sunnahnya bahwa orang beriman harus berkuda, memanah, berenang, (dan gulat).
Meskipun ini adalah latihan “Sunnah” yang membangun kekuatan dan stamina, latihan secara umum (selama dilakukan dalam parameter syari’at), didorong, karena melepaskan endorfin, hormon perasaan-baik, yang juga bertindak sebagai obat penghilang rasa sakit alami melawan penyakit, baik fisik, maupun mental.
Kesehatan dan waktu yang baik adalah dua berkah yang sering dilupakan manusia, jadi meluangkan waktu untuk mendorong kebiasaan sehat seperti olahraga singkat, pasti akan bermanfaat bagi orang beriman dalam jangka panjang.
BACA JUGA: Kunci Kebahagiaan Hidup Dunia Akhirat
2 Kebahagiaan Ditemukan dalam Hubungan Kita dengan Lingkungan Alam
Nabi Muhammad adalah pembela lingkungan terbesar, jauh sebelum karya advokasi kelompok alam, seperti Green Peace dan WWF. Nabi Muhammad mendorong penanaman pohon dan kebaikan tertinggi terhadap hewan. Dia juga akan menghabiskan banyak waktu di luar ruangan, baik untuk berolahraga, berjalan, atau hanya duduk dengan teman.
Sayangnya, dunia alami dengan cepat menghilang di zaman modern ini, dan tentunya tidak ada kebetulan bahwa tingkat stres, kecemasan, dan masalah kesehatan sedang meningkat. Dalam sebuah penelitian yang disebut “Lingkungan dan Perilaku,” oleh John Zelenski dan Elizabeth Nisbetby, ditunjukkan bahwa keterhubungan emosional dengan alam berbeda dari hubungan psikologis lain dalam hidup kita. Keterkaitan dengan alam sering kali memprediksi kebahagiaan terlepas dari faktor psikologis lainnya.
Hubungan psikologis dengan alam memiliki kapasitas untuk memfasilitasi sikap berkelanjutan, dan dapat menjadi alat penting dalam melestarikan lingkungan. Jenis hasil ini tidak mengherankan, karena dunia digambarkan sebagai sekilas Jannah (Surga), dan ini termasuk keindahan Jannah juga. Jika Jannah telah menjanjikan kebahagiaan yang terjamin, pasti sebagian kecil darinya ditemukan di alam.
3 Kebahagiaan Melalui Makanan yang Kita Makan
Nabi Muhammad menikmati makanannya dengan sangat serius, tidak berlebihan, dan dengan etiket yang tepat.
Makanan alami adalah pendahulu yang bagus untuk kebahagiaan, karena menjaga tubuh tetap sehat dan suasana hati terangkat. Banyak makanan alami seperti Swiss chard, dark chocolate, yoghurt, dan honey, juga merupakan pemacu mood yang bagus, di tengah dunia konsumen yang dipenuhi dengan makanan olahan, junk food, dan fast food.
4 Kebahagiaan adalah Melalui kekerabatan yang Baik
Memiliki teman yang berpikiran sama selalu menjadi terapi bagi orang percaya. Faktanya, menjaga kekerabatan yang baik adalah sunnah yang kuat bagi umat Islam, dan itu lebih dari sekedar kesamaan pikiran yang penting. Nabi menyarankan bahwa yang terbaik dari teman-teman adalah mereka yang mengingatkan satu sama lain sering dari Allah, dan berbagi semangat yang sama untuk agama.
Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad bersabda:
“Teman yang baik dan teman yang buruk itu seperti penjual parfum dan pandai besi: Penjual parfum mungkin memberi Anda parfum sebagai hadiah, atau Anda mungkin membeli beberapa darinya, atau setidaknya Anda mungkin mencium baunya. Sedangkan untuk pandai besi, dia mungkin menghanguskan pakaianmu, dan setidaknya kamu akan menghirup asap dari tungku.” (HR Al-Bukhari & Muslim, 363 )
Muslim yang baik yang mencari kebahagiaan sejati karena itu harus menemukan teman yang seperti penjual parfum – mereka yang bertakwa kepada Allah dan cukup peduli kepada saudara dan saudari mereka untuk menjauhkan mereka dari api neraka. Nabi juga tercatat pernah bersabda:
“Tidak ada yang beriman, sampai dia menginginkan hal yang sama untuk saudaranya seperti yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Al-Bukhari)
Ini juga merupakan pengingat yang bagus akan persahabatan sesama.
5 Kebahagiaan Ditemukan dalam Keluarga yang Penuh Kasih
Pasangan dalam Alquran digambarkan sebagai pakaian untuk satu sama lain, dan melengkapi keyakinan satu sama lain. Anak-anak, di sisi lain, digambarkan sebagai hadiah dan kepercayaan terbaik dari Allah. Karena itu, kebahagiaan melalui keluarga yang penuh kasih tidak bisa dihindari.
Ketika sebuah unit keluarga kuat dan berkembang, itu mewakili landasan sebuah ummah yang kokoh. Bekerja keras untuk menjaga pernikahan tetap berkembang, dan membesarkan anak-anak menuai pahala yang sangat besar dari Allah.
Nabi Muhammad selalu mengingatkan para pengikutnya untuk bersikap baik kepada istrinya, dan kepada para wanita untuk menghormati dan setia kepada suaminya, semua ini untuk menjaga kesucian pernikahan.
Cinta dan kebaikannya juga diberikan kepada anak-anak, karena ia sering mengingatkan para sahabatnya untuk bersikap adil kepada anak-anak mereka dan mencium serta memeluk mereka setiap hari. Sebagai ayah dan kakek sendiri, sering dikisahkan bahwa ia akan mencium putrinya, Fatimah, di depan umum, memeluknya, dan meminta ditemani saat kumpul-kumpul.
Berada di dekat orang yang dicintai, berhubungan intim dengan pasangan, atau menghabiskan waktu bersama anak, juga melepaskan hormon yang disebut oksitosin. Oksitosin juga dikenal sebagai hormon cinta dan membuat seseorang merasa bahagia dan dicintai. Oksitosin juga mampu mengatasi perasaan cemas, takut, dan stres.
BACA JUGA: Apakah Kamu Bahagia?
6 Kebahagiaan Ditemukan Melalui Minat dan Kekuatan Kita
Nabi Muhammad mengingatkan bahwa orang beriman harus melakukan apapun yang dia ingin lakukan selama itu tidak mempermalukannya. Selain itu, jika suatu kekuatan, aktivitas, atau kepentingan tidak berada di luar syari’at, maka seorang mukmin harus melakukan apapun yang diinginkannya tanpa prasangka atau penilaian oleh norma budaya.
Orang yang bahagia adalah mereka yang terlibat dalam minat percaya diri dan ekspresi diri. Karena kita biasanya melakukan lebih baik di bidang kekuatan kita, orang percaya harus menilai minat mereka sendiri dalam pengembangan pribadi dan menjadi orang yang berprestasi tinggi di bidang profesional mereka sendiri.
Padahal, banyak pula kajian yang mendorong ekspresi seni, baik melalui tulisan, fotografi, melukis, dan sejenisnya, karena hal ini menciptakan kebahagiaan dari dalam.
Kebahagiaan dapat ditemukan di dunia sekitar kita, dan tidak ada rahasia bahwa menjalani gaya hidup sehat dan seimbang, dikelilingi oleh teman dan keluarga, memberikan jalan bagi kebahagiaan di dunia ini, dan di masa depan, karena itu sangat sejalan dengan cara Islam.
Meskipun ada gangguan besar di dunia sekitar kita, dengan Muslim yang sangat banyak diserang, kita seharusnya tidak membiarkan depresi membanjiri kita sampai kita tidak dapat melihat berkah Allah dalam hal-hal kecil yang kita anggap remeh.
Membuat pilihan sadar untuk bahagia adalah milik setiap Muslim. Itu dalam kehendak bebas kita, dan tidak merendahkan status kita sebagai makhluk Pencipta langit dan bumi yang indah. []
SUMBER: ABOUT ISLAM