PUASA bukan hanya sekadar perbuatan fisik berupa menahan lapar, haus, dan dorongan seksual. Hakikat puasa pembinaan dan pengendalian diri dari perbuatan-perbuatan tercela. Oleh karena itu agar tujuan puasa tercapai, maka orang harus menghindari beberapa perbuatan berikut in:
1 Hindari mengucapkan kata kotor, berbuat gaduh dan bertengkar
Orang berpuasa harus menunjukkan sopan santun dalam berucap tidak mengatakan perkataan kotor dan tidak senonoh, tidak bertengkar serta selalu ramah dan tidak membalas kata kasar kepada orang lain. Hal ini dituntunkan dalam hadits :
BACA JUGA: Dahsyatnya Keutamaan Puasa Ramadhan
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ هُوَالِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ إِذَا كَانَ يَوْمَ صِيَامِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَيَصْخَبْ فَإِنْ شَاتَمَهُ أَحَدٌ أَوْقَاتَلهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ صَائِمٌ… (رواه النسائي)
Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : Semua Anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa, ia adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya, dan puasa itu adalah perisai. Pada hari seseorang dari kamu berpuasa janganlah ia berkata kotor dan berbuat gaduh, dan apabila ada orang mengajak berbantah dan bermusuhan hendaklah ia mengatakan : Saya sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’i)
2 Hindari perkataan dusta, tindakan bodoh serta berbantah-bantah
Orang puasa dilatih agar jujur dalam perkataan dan tidak melakukan Tindakan bodoh (ngawur) yaitu melanggar aturan-aturan syara’ padahal ia mengetahuinya, berdasarkan hadits
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ (رواه البخاري)
Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda : Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta serta bertindak bodoh, maka bagi Allah tiada gunanya ia meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari)
3 Hindari berkumur dan istinsyaq secara berlebihan
Berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air ke hidung ketika berwudhu) tidak membatalkan puasa. Di luar bulan puasa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan agar orang berkumur dan beristinsyaq sekeras-kerasnya agar mulut dan hidung lebih bersih.
Namun dalam bulan puasa dituntunkan agar jangan berlebihan melakukan hal demikian agar tidak kemasukan air ke dalam perutnya sehungga puasanya menjadi batal. Jadi berkumur dan istinsyaq secara normal tidak membatalkan puasa. Hal ini didasarkan kepada hadits :
عَنْ لَقِيْطِ بْنِ صَبِرَةَ قَالَ قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْوُضُوْءِ قَالَ أَسْبِغِ الْوُضُوْءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الإِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِمًا. (رواه الترمذي)
Artinya : Diriwayatkan dari Laqith bin Saburah ia berkata, aku berkata : “Wahai Rasulullah, terangkanlah kepadaku perihal wudhu. Beliau bersabda : Ratakanlah air wudhu dan selah-selahilah jari-jarimu serta keras-keraskanlah menghirup air di hidung kecuali apabila kamu sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi)
Dalam riwayat ad-Daulabi yang dishahihkan sanadnya oleh Ibnu al-Qathan dinyatakan :
إِذَا تَوَضَّأَ فَبَالِغْ فِي الْمَضْمَضةِ وَالإِستِنشَاقِ مَالَمْ تَكُنْ ضَائِمًا
Artinya : “Apabila engkau berwudhu, maka keraskanlah dalam berkumur dan menghirup air di hidung kecuali kamu sedang berpuasa.”
4 Hindari berciuman secara bernafsu
Ciuman suami kepada isterinya atau sebaliknya tidak membatalkan puasa. Dasarnya adalah hadits ;
عَنْ عُمَرُ بْنِ الْخَطَّابِ -رضياللهُ عَنه- أَنَّهُ قَالَ هَشَشْتُ يَوْمًا فَقَبَّلْتُ وَأنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْرًا عَظِيْمًا قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتُ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ فَقُلْتُ لاَبأْسَ بِذَالِكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- فَفِيْمَو (رواه أبو داود وأحمد)
Artinya : Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata : “Pada suatu hari saya merasa ingin, lalu saya mencium (istri saya) padahal saya sedang berpuasa, maka saya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata : Saya telah melakukan perkara besar. Saya mencium (istri saya) ketika saya sedang berpuasa. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam balik bertanya : Bagaimana menurutmu jikalau kamu berkumur-kumur dengan air padahal ketika engkau sedang berpuasa? Maka saya menjawab : Hal itu tidak mengapa. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menimpali : Demikian juga ciuman.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
BACA JUGA: Tips Persiapkan Diri Sebelum Puasa Ramadhan
Hanya saja ciuman itu dipantangkan bagi orang berpuasa apabila disertai birahi dan rangsangan nafsu seksual. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri diriwayatkan pernah mencium isterinya ketika sedang puasa dan puasanya tidak dinyatakan batal karena ciuman beliau tidak disertai rasa birahi.
عَنْ عَائِشَةَ قَلَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ ولَكِنَّهُ كَانَ لَكُمْ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ. (رواه الحماعة إلاّ النسائي)
Artinya : Diriwayatkan dari Aisyah ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menciumk ketika sedang puasa dan bersentuhan ketika sedang puasa, akan tetapi beliau itu orang yang paling kuat di antara kamu menahan nafsunya,” (HR. Jama’ah kecuali an-Nasa’i). Wallahu a’lam bish-shawab. []
SUMBER: MUHAMMADIYAH