SALAH satu syarat rawi yang riwayatnya diterima adalah, ia memiliki sifat ‘adalah (عدالة). Sifat ‘adalah ini adalah keadaan diri yang yang kokoh yang membuatnya bisa menghindarkan diri dari dosa besar, dosa kecil yang buruk seperti mencuri sesuap makanan, dan perkara mubah yang hina seperti buang air kecil di jalan umum.
Dosa besar, menurut pendapat yang terpilih di sisi Syaikhul Islam Zakariyya Al-Anshari, adalah perbuatan dosa yang diberikan ancaman atau laknat secara khusus dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
BACA JUGA: Di Akhir Zaman, Dianggap Lemah Jika Menolak Perbuatan Dosa
Ada juga yang menyatakan, dosa besar itu adalah perbuatan dosa yang pelakunya diancam dengan hukuman had.
Salah satu dosa besar yang disebutkan oleh Syaikhul Islam, adalah mencela para shahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim: لا تسبوا أصحابي… (janganlah kalian mencela shahabatku…).
Adapun mencela Abu Bakr Ash-Shiddiq, dengan menafikan shuhbah (persahabatan) beliau dengan Nabi, maka ini kekufuran, karena mendustakan Al-Qur’an.
BACA JUGA: Hingga Akhir Zaman, Lelaki Ini Dapat Warisan Dosa
Sedangkan mencela seorang muslim yang bukan shahabat Nabi, itu adalah dosa kecil. Dan Hadits shahihain: سباب المسلم فسوق (mencela seorang muslim adalah kefasiqan), itu maksudnya adalah jika ia terus mengulang celaan tersebut. Terus-menerus melakukan dosa kecil akan menjadikannya dosa besar.
Wallahu a’lam. []
Rujukan: Ghayah Al-Wushul Syarh Lubb Al-Ushul, karya Syaikhul Islam Zakariyya Al-Anshari, Halaman 254-258, Penerbit Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut, Libanon.
Oleh: Muhammad Abduh Negara