JAKARTA–Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa timur, KH Ma’ruf Khozin, menyatakan syariat Islam memberikan posisi lebih dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan yang lain. Dari lima maqoshid syariah (tujuan syariat), tiga di antaranya yaitu hifdzun nafs (menjaga diri), hifdzun nasl (menjaga keturunan), dan hifdzul aql (menjaga akal).
“Islam itu mengenal dharuriyatul khams/ maqaashid syariah yaitu hifdzud din, hifdzun nafs, hifdzul maal, hifdzul a’ql, dan hifdzun nasl. Dari lima maqashid syariah ini, yang tiga ini berkaitan dengan jiwa kita, baik jiwa reproduksi keturunan dan akal, artinya porsi di dalam agama untuk menjaga diri itu lebih besar,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam Webinar Tasyawur Ilmu dan Agama “Vaksinasi Antara Kebutuhan Medis dan Kewajiban Agama”, Senin (1/3/2021) malam secara virtual.
BACA JUGA: Jadi Pesepeda Malam, Ini Cerita 2 Muslim Inggris Jaga Kesehatan Selama Pandemi
Dalam acara yang digelar MUI Jatim tersebut, dia mengatakan, ketika ada pertentangan antara lebih mendahulukan hifdzud din dan hifdzun nafs, yang dimenangkan adalah hifdzun nafs. Ini terlihat dari keringan-keringan dalam ibadah karena agama memprioritaskan hifdzun nafs tadi.
“Hampir dalam syariat fiqih kita, puasa itu wajib, tapi ketika sakit, Allah SWT memberikan keleluasaan untuk tidak berpuasa saat itu dan menggantinya lain waktu,” ujarnya.
Sholat berdiri itu wajib namun, kata dia, ketika tidak mampu, maka bisa duduk, bahkan bisa berbaring. Ketika ada orang kecelakaan dan tangannya diberikan gypsum, kemudian dokter melarang terkena air, maka wudhlu bisa diganti tayamum. Contoh-contoh rukhshah/ keringanan dalam ibadah ini menunjukkan perhatian lebih agama terhadap hifdzun nafs.
BACA JUGA: Rutin Minum Jus Bayam bantu jaga Kesehatan
Kecenderungan Islam memprioritaskan hifdzun nafs ini juga tidak terlepas dari hakikat ibadah itu sendiri. Dengan kesehatan yang baik, maka seorang Muslim bisa menjalankan dan menikmati ibadahnya secara optimal.
“Ketika mendengar hilal Ramadhan, yang diminta Nabi Muhammad SAW pertama adalah pertemukan kami dengan Ramadhan dengan ketahanan tubuh dari penyakit. Kalau ada orang Islam pada Ramadhan sakit, itu tidak bisa tarawih, tadarus, tidak bisa sedekah takjil, begitu sehat, pahala itu diraih semua selama Ramadhan,” ujarnya. []
SUMBER: MUI