NILAI seseorang tidak ditentukan oleh peristiwa apa yang terjadi padanya, tetapi oleh bagaimana responsnya terhadap peristiwa itu. Peristiwa yang dialami boleh sama, misalnya mendapat musibah yang sama atau mendapat kenikmatan yang sama. Namun setiap orang akan memberikan respons yang berbeda atas peristiwa-peristiwa yang dialaminya itu.
Kita tidak bisa memilih peristiwa apa yang akan kita alami karena berada di luar kendali kita, tetapi kita bisa memilih respons terhadap setiap peristiwa yang kita alami. Kita bisa merespons dengan cara positif atau negatif, semuanya terserah pada pilihan kita. Memilih respons negatif mengantarkan kita menjadi pecundang, dan memilih respon positif mengantar kepada kesuksesan.
BACA JUGA: Jangan Takut pada Kegagalan
Marilah kita pilih respons positif terhadap peristiwa yang menyenangkan. Kita merespons dengan bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orang-orang yang ikut andil atas datangnya kesenangan tersebut. Terhadap peristiwa yang tidak menyenangkan kita bersabar dan berprasangka baik kepada Allah, bahwa Dia mendatangkan kesulitan tersebut adalah dalam rangka memberikan kemudahan buat kita.
Merespons dengan cara negatif atas kesulitan yang kita alami tidak menjadikan lebih baik. Marah atau kesal terhadap hal-hal yang yang berada di luar kendali kita hanya menghabiskan energi dan membuat suasana hati tidak nyaman. Lebih baik dijadikan momentum untuk meraih kesuksesan yang lebih besar.
Pernahkah merasa kesal karena hujan lebat saat punya janji pertemuan penting? Bagaimana kalau hujannya tidak berhenti-berhenti? Boleh jadi kita tambah kesal dan marah. Hujan lebat tidak berada dalam wilayah kendali kita. Kekesalan tidak membuat hujan menjadi reda. Marah dan kesal memerlukan energi besar dan membuat suasana hati tidak nyaman.
Dari pada menghabiskan energi untuk kekesalan, lebih baik segera ambil jas hujan atau payung, dan kita tetap dapat menunaikan janji serta menikmati suasana hujan. Sesuatu yang berada di luar wilayah kendali kita tidak bisa kita ubah, seperti halnya iklim dan cuaca. Kekecewaan dan kemarahan tidak akan memperbaiki suasana. Lebih baik kita mengatur respons positif yang bisa kita lakukan.
Dalih atau alasan merupakan penyumbat pembuluh darah sukses. Seseorang membuat dalih hanyalah untuk memuaskan diri sendiri agar dimaklumi orang lain bahwa kegagalan yang dialaminya merupakan sesuatu yang wajar dan ada alasannya. Ia akan membuat alasan pada saat gagal memenuhi janjinya. Tidak menghadiri rapat juga mencari-cari alasan. Hasil ujian jelek, juga ada alasannya.
Semakin sering membuat dalih dan alasan, semakin jauh kesuksesan menghampiri Anda. Penyakit yang lebih parah lagi adalah menimpakan kesalahan kepada orang lain atas kegagalan yang ia alami. Penyakit ini menjadi penyumbat serius pembuluh darah sukses.
BACA JUGA: Tak Sabar Berarti Gagal
Gagal ujian disalahkan dosen pengujinya, “Kenapa soalnya sulit-sulit.” Gagal berwirausaha yang disalahkan orangtuanya, “Tidak memberi modal yang cukup.” Setiap kegagalan yang dialami, yang disalahkan orang lain. Ia tidak mengambil tanggung jawab atas kegagalannya itu.
Marilah berusaha menahan diri dari menyalahkan orang lain atas masalah yang kita hadapi dan tidak membuat dalih atau alasan. Selanjutnya, senantiasa bangkit berusaha lagi. Janji Allah: “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sungguh bersama kesulitan ada kemudahan”. Kita yakini janji Allah pasti terjadi, karena Dia tak pernah ingkar janji!
Bangkit dari setiap kegagalan, berani bertanggung jawab, tidak berdalih dan menyalahkan orang lain, Insya Allah kesuksesan segera menghampiri Anda! []
SUMBER: TUNTUNAN ISLAM