DALAM hidup ini kita akan selalu berinteraksi sosial. Kita akan selalu butuh orang lain untuk membantu kita dalam urusan duniawi ini. Maka ketika berinteraksi sosial itulah kita mampu belajar bagaimana seharusnya kita bersikap kepada orang lain.
Dalam berinteraksi sosial, kita tidak bisa hanya mementingkan diri kita sendiri. Banyak hal yang mestinya kita pahami terhadap orang lain. Bukankah Rasulullah sendiri mempunyai kedekatan emosional dengan para sahabat yang lainnya? Dari kedekatan emosional itulah dakwah berlanjut dan ukhuwah makin terajut.
BACA JUGA: Etika Bermedia Sosial dalam Islam
Sudah semestinya, sesama muslim merajut ukhuwah yang indah satu sama lain. Kita tidak bisa memberikan kebarmanfaatan untuk umat jika kita hanya bergerak sendiri. Di sinilah perlu adanya kedekatan emosional satu muslim dengan yang lainnya.
Maka dengan memahami orang lainlah, kedekatan emosional itu akan terjalin. Dengan memahami orang lain, kita akan paham bagaimana karakter saudara kita, bagaimana latar belakang dan kondisi agama saudara kita.
BACA JUGA: MUI Ingatkan Umat Tentang Pentingnya Tegakkan Ukhuwah Sesuai Syariat
Namun sayang, di zaman yang mulai memisahkan urusan agama dengan kehidupan ini kita sulit mendapatkan orang-orang yang mudah memahami orang lain. Kita temukan banyak orang yang sulit memahami kondisi orang lain. Ia hanya memikirkan diri sendiri dan sudut pandangnya sendiri. Padahal, Islam tidak akan berjaya ketika umat Islamnya sendiri pun hanya memikirkan diri sendiri.
Inilah yang mestinya mulai kita perbaiki. Berawal dari memahami orang lainlah, kita akan belajar meminimalisir masalah yang terjadi antara sesama muslim.
Ketika sudah tertanam dalam diri bahwa kita memahami orang lain, maka sesungguhnya kita akan lebih menghargai apa yang orang lain lakukan. Sungguh Allah telah menciptakan makhluknya dengan berbagai potensi, salah satunya adalah potensi kita dalam memahami orang lain. []