Oleh: Meitya Rahma, S. Pd
marstya2018@gmail.com
“Bersegeralah kamu pada ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran 133). Perintah Allah bagi manusia untuk bersegera meraih amalan yang mengantarkan pada surga.
Motivasi lain dari Allah agar manusia mengerjakan amalan yang bisa mengantarkan pada surga Nya telah disebutkan diberbagai ayat dalam Al-quran.
Gambaran surga disebutkan antara lain dalam surat QS Muhammad ayat 15, yang menceritakan tentang macam rasa air yang mengalir di surga. Dalam surat Fathir ayat 33, tentang perhiasan dan pakaian yang diberikan kepada penghuni surga.
BACA JUGA: Masuk Surga Tanpa Hisab
Tentang makan dan minum bagi penghuni surga di dalam surat az-Zukhruf ayat 71. Ini sedikit gambaran yang diwahyukan Allah melalui Al Quran.
Dan masih banyak lagi ayat Al-Quran yang bercerita bagaimana surga itu. Ini semua adalah gambaran sedikit tentang adanya surga, sebagai motivasi bagi manusia untuk berlomba lomba meraih surga
Lalu kenapa banyak orang masih saja berbuat maksiat, masih banyak orang tidak menjalankan syariat. Masih sibuk dengan kemaksiatan. Masih suka buka tutup aurat, masih sering makan harta anak yatim, masih sering meninggalkan solat, dan segala kemaksiatan lainnya.
Kenapa? Karena bagi mereka surga itu tak terlihat, tak real. Kenikmatan dunia lebih nyata bagi mereka.
Dan tentunya dunia memang terlihat menarik dan menggiurkan. Bahkan sampai ada yang tak percaya adanya hari pembalasan.
Mereka hanya tahu bahwa setelah mati akan masuk surga. Jadi bebas berbuat sesuka hati di dunia ini, toh ujungnya juga ke surga.
Begitulah tipu daya dunia yang bisa menipu manusia. Dunia itu ibarat air laut yang kalau diminum, bukan hausnya berkurang, malah semakin haus.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah, hina (tidak bernilai di hadapannya).“ ( HR Ibnu Majah)
BACA JUGA: Membangun Surga di Dunia
Jika dunia tujuan utama maka harta kekayaan, rejeki itu akan mengikuti kita, seperti bayang bayang tubuh yang senantiasa mengikuti kita.
Namun ketika dunia menjadi fokus kita, maka Allah tidak akan berikan rasa tuma’ninah atau ketenangan dalam hidup. Ibarat orang yang mengejar bayang bayang tubuhnya sendiri, maka tidak akan pernah tertangkap bayang bayang tersebut. Tidak akan pernah merasa cukup, terus dan terus mencari hal keduniawian.
Sekuat tenaga kita cari harta dunia, maka Allah akan berikan rasa ketidakpuasan, selalu saja kurang. Sampai habis tenaga, umur sudah menua baru tersadar bahwa dunia memang tak akan ada habisnya, penyesalanpun tak ada gunanya.
Dan sia-sialah umur yang hanya digunakan untuk mencari duniawi saja. Membaca hadist di atas menjadikan manusia senantiasa memiliki motivasi kebaikan. Selalu menjadi orang yang bersyukur, optimis menjalani hidup.
Menjalani hidup sesuai dengan rambu rambu atau aturan Allah, maka jaminan keselamatan dunia dan akhiratpun akan terwujud. Hidup manusia di dunia ini akan dipertanggungjawabkan semuanya umurnya, hartanya bahkan ilmunya.
Rosulullah bersabda, “Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu),” (HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud z. Lihat Ash-Shahihah, no. 946).
Sebenarnya dunia adalah sarana kita mendapatkan akhirat. Banyak beramal soleh, mengumpulkan pundi pundi amal untuk bekal ke akhirat itulah yang harus kita lakukan.
Sungguh, surga itu sebenarnya gampang, namun jika ingin masuk di dalamnya ada syarat dan ketentuannya. Seperti kita belanja di mall, kalau pengen dapat reward ada syarat dan ketentuannya.
Nah semacam itulah analoginya. Syarat dan ketentuan ini yang manusia kadang tidak penuhi, atau memenuhi hanya setengah setengah, bagian yang disukai. Seperti hidangan prasmanan, jika suka ambil, tidak suka ya tidak diambil.
Misal mengambil solat, puasa, zakat saja, tapi perintah menutup aurat dan lainnya tidak diambil.
BACA JUGA: Menjadi Guru Ahli Surga dengan Meneladani Sifat Rasulullah
Pandemi ini bisa dijadikan muhasabah untuk selalu mengingat mati. Melihat banyak nyawa menjadi korban ganasnya virus ini, maka sebenarnya setiap manusia harus memiliki kesadaran.
Kesadaran untuk mempersiapkan bekal yang banyak menuju akhirat. Membuka kembali mushaf Al quran yang mungkin sudah lama tak tersentuh, merenungkan kembali isinya, ada ayat ayat tentang surga menjadi motivasi untuk selalu beramal solih.
Jadi kalau sekarang masih ada orang yang berkubang dengan maksiat, tidak bergegas berhijrah, tidak segera mengumpulkan amal amal soleh, bisa dikatakan ” Ter-la-lu”, kata bang Roma. Surga memang tak bisa dilihat, tapi Al Qur’an telah menunjukkan bahwa surga itu ada, tinggal manusia itu percaya atau mengingkari.
Maka bergegaslah untuk mencari bekal sebanyak banyaknya untuk perjalanan ke surga. Dengan niat meraih ridho Allah,InsyaAllah pintu surga kelak akan terbuka bagi hambanya yang bersungguh sungguh. []