WATAK dasar manusia memang cinta kepada harta benda dan kikir untuk membelanjakannya. Alquran dan Hadits Nabi banyak menyebutkannya.
dalam QS Al-‘Adiyat (ayat 8) menyebutkan bahwa manusia sangat suka dan cinta kepada harta benda yang banyak. Demikian juga disebutkan bahwa, manusia memandang indah terhadap harta benda yang amat banyak berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang (QS Ali Imron ayat 14). QS An Nisa ayat 128 menegaskan bahwa manusia berbakat kikir.
BACA JUGA: Jangan Pelit pada Istrimu
Demikian juga, hadis Nabi riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas menegaskan bahwa seandainya manusia mempunyai (sebanyak) dua jurang harta benda, niscaya dia akan mencari yang ketiga; (padahal) yang akan memenuhi perut manusia (ibaratnya) hanyalah debu; Allah menerima taubat orang yang mau bertaubat.
Karena manusia berwatak dasar kikir itu, maka ajaran Islam memerintahkan manusia agar membelanjakan hartanya itu untuk kepentingan (jihad) menegakkan agama Allah dalam berbagai macam bentuknya. Apabila ia mau melaksanakannya, maka Allah pun mengimbanginya dengan akan diberi balasan pahala, baik berupa janji Allah akan memberikan ganti harta yang dibelanjakan semasa di dunia itu, maupun pahala yang akan dinikmatinya di akhirat kelak.
Namun, sebaliknya, ada ancaman terhadap orang yang tidak mau membelanjakan hartanya sesuai dengan petunjuk Allah. Bahwa ia akan mengalami bala’, bencana, seperti dinyatakan dalam beberapa hadits; yaitu hidup hina sebagai manusia, yang tidak mempunyai derajat kemuliaan di tengah-tengah masyarakat, meskipun secara personal bisa jadi menampakkan hidup senang.
Mengutamakan kesenangan pribadi dari pada kepentingan agama Allah merupakan pangkal dari kerdilnya umat dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan di dunia. Sebab, iman menuntut agar kita lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada anak, orang tua, bahkan juga kesenangan diri sendiri.
Harta benda kita adalah anugerah dari Allah. Kesyukuran kita atas anugerah itu ialah dengan membelanjakannya sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Kikir adalah watak pembawaan manusia yang dipupuk oleh bisikan-bisikan setan.
Membiarkan diri mendengarkan bisikan-bisikan setan berarti membiarkan diri jatuh ke dalam jurang kehinaan hidup. Untuk menghindari bisikan setan, hendaklah iman selalu ditumbuhsuburkan, sehingga sanggup mengatasi bujuk-rayuan setan yang tidak akan pernah berhenti merayu hawa nafsu.
Terhadap penemuan-penemuan teknologi moderen seperti sekarang ini, apabila kita tidak pandai menerimanya dengan ukuran-ukuran iman, akan menarik kita kepada mengejar hidup mewah, yang sekaligus berakibat merasa sayang untuk membelanjakan harta untuk kepentingan Agama Allah. Hal ini disebabkan karena tidak pernah merasa puas untuk memenuhi keinginan-keinginan hawa nafsunya.
BACA JUGA: Menjauhi Sifat Kikir, Hidup akan Bahagia
Kita terima penemuan-penemuan teknologi modern dengan tangan terbuka dan senang hati, jika teknologi itu dapat menjadi sarana untuk lebih menyempurnaka pengabdian kita kepada Allah, bukan malah menjadikan menjauhkan kita dari suasana beribadah.
“Jagalah dirimu jangan sampai berbuat aniaya, sebab aniaya itu akan mendatangkan kegelapan pada hari kiamat, jangan pula memupuk tabiat kikir, sebab kikir itu telah merusak umat sebelum kamu; kekikiran telah membawa mereka saling membunuh dan menghalalkan hal-hal yang wajib dihormati dalam hidup mereka.” (HR Muslim, dari Jabir ra) []
SUMBER: TUNTUNAN ISLAM