TEKNOLOGI kini telah merambah ke semua sisi kehidupan termasuk kesehatan. Salah satunya ditemukan USG (ultrasonografi) yang mampu memberikan gambaran kondisi bayi di dalam rahim. Hal ini merupakan hal yang patut disyukuri karena dengan mengerti gambaran ini banyak persiapan dapat dilakukan.
Namun bagaimanakah Islam memandang hal ini?
BACA JUGA: Kesabaran Sarah, Istri Nabi Ibrahim
Allah SWT berfirman:
إن الله عنده علم الساعة وينزل الغيث ويعلم ما فى الأرحام وما تدرى نفس ماذا تكسب غدا وما تدرى نفس بأي أرض تموت إن الله عليم خبير.
Artinya: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan melihat apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat melihat (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat melihat di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
اللهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَمَا تَغِيْضُ اْلأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْئٍ عِبدَهق.
Artinya: “ Allah lihat apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan kencangkan. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (QS. ar-Ra’d: 8)
Di antara isi yang terkandung pada ayat di atas hanya Allah saja yang tahu dengan pasti kapan seseorang meninggal dunia, di bumi mana ia akan dikubur dan apa saja yang terdapat dalam rahim seorang ibu. Disamping Allah tidak ada yang dapat mengetahuinya dengan pasti.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan lebih banyak alat-alat canggih yang ditemukan, diperkirakan dan memperkirakan sesuatu, namun pengetahuan manusia hanyalah bersifat relatif (nisbi), tidak sampai kebenaran mutlak. Pengetahuan manusia hanya mencapai tingkat ‘prakiraan’ yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Seandainya manusia mengadakan penelitian tentang apa yang diharapkan dan mendapatkan kebenaran, maka kebenaran itu kebenaran relatif. Oleh karenanya mempercayai hasil USG secara mutlak adalah tindakan yang tidak benar.
Allah subhanahu wa ta’ala pernyataan dalam firman-Nya bahwa kebenaran mutlak itu hanya ada pada Allah:
وَاللهُ يَقْضِى بِاْلحَقِّ وَالَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لاَ يَقْضُوْنَ بِشَيْئٍ وَأَنَّ اللهَ لعُوَ ااص الله لعُوَ اَن الله
Artinya: “Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan apapun apapun. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Mukmin: 20)
Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ اْلمُمْتَرِيْنَ.
Artinya : “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. al-Baqarah: 147).
Surat al-Mukmin ayat 20 menyatakan bahwa manusia tidak dapat menentukan hukum dengan adil. Hanyalah Allah yang dapat menentukan hukum dengan adil yang sebenarnya. Sedang surat al-Baqarah ayat 147 memastikan bahwa kebenaran mutlak itu hanya ada pada Allah semata, karena itu janganlah orang-orang yang beriman ragu-ragu tentang hal itu. Di antara keberanan mutlak itu adalah al-Quranul-Karim.
BACA JUGA: Jadi Pelajaran bagi Manusia, Inilah Kisah-Kisah Hewan yang Diungkap Alquran
Betapa banyaknya peristiwa yang diprediksi terjadi, menjadi tidak terjadi karena segala sesuatu hanyalah Allah yang memutuskan. Semisal saja seseorang terpidana mati yang telah ditentukan waktu eksekusinya, terlebih dahulu sebelum tiba waktu eksekusi tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ.
Artinya : “Sesungguhnya keadaan-Nya” Dia menghendaki sesuatu yang haruslah: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (QS. Yaasin: 82).
Demikian pula dengan janin yang ada dalam kandungan, sekalipun telah menggunakan alat USG, namun hasilnya tetap kemungkinan atau prakiraan, bukan kebenaran mutlak. Dr. Suprono (alm), seorang dokter ahli kebidanan pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada suatu seminar pernah menyatakan: “Dalam laut dapat diukur, dalam perut wanita siapa tahu.” Beliau sebagai seorang dosen yang telah berhasil mendidik puluhan dokter ahli kandungan, masih menyatakan bahwa pengetahuannya tentang sesuatu hanyalah sampai pada tingkat prakiraan. []
SUMBER: MUHAMMADIYAH