Oleh: dr. Raehanu Bahraen
KADAR keimanan seseorang bisa naik dan juga turun. Seseorang yang bertahan dengan keimanannya sangatlah berat seperti menggenggam bara api sebagaimana hadits.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ القَابِضُ عَلَى دِيْنِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْر
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR.Tirmidzi)
Lalu bagaimana cara untuk mendeteksi keimanan seseorang naik turun?
BACA JUGA: Ahli Tahajjud Ini Rugi di Hadapan Allah, Kenapa?
Caranya adalah melihat apakah kita mudah atau tidak dalam melakukan kebaikan. Apabila melakukan kebaikan maka iman sedang naik begitupun jika melakukan keburukan maka iman sedang turun. Para ulama zaman dulu mendeteksi dengan cara memperhatikan shalat malamnya.
Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata,
حرمت قيام الليل خمسة أشهر بذنب أذنبته
“Selama lima bulan aku terhalang untuk melakukan shalat malam karena dosa yang aku lakukan.” (Qiyaamul Lail, Fadhluhu wa Aadaabuhu)
Hasan Al-Basri rahimahullah berkata,
ﺇﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻴﺬﻧﺐ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻓﻴﺤﺮﻡ ﺑﻪ ﻗﻴﺎﻡ ﺍﻟﻠﻴﻞ
“Sesungguhnya seseorang itu ketika berbuat dosa, bisa jadi akan diharamkan (susah melakukan) shalat malam.” (Al-Mujalasah wa Jawahirul Ilmi no. 403)
Karena indikasi, dan orang yang bisa shalat malam adalah orang yang memiliki hati yang bersih dari keimanannya. Dan perlu diketahui bahwa Allah lah yang membangunkannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﻘِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺩَﺃْﺏُ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ، ﻭَﻫُﻮَ ﻗُﺮْﺑَﺔٌ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ، ﻭَﻣُﻜَﻔِّﺮَﺓٌ ﻟِﻠﺴَّﻴِّﺌَﺎﺕِ، ﻣَﻨْﻬَﺎﺓٌ ﻋَﻦِ ﺍْﻹِﺛْﻢِ
“Lakukanlah shalat malam oleh kalian, karena hal itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Ia pun dapat mendekatkan kalian kepada Rabb kalian, menghapus segala kesalahan dan mencegah dari perbuatan dosa.” (HR. Tirmidzi)
Meski sudah ngaji maka diperhatikan keimanan kita ada yang salah, mungkin karena niatnya yang tidak ikhlas ataupun mutaba’ahnya, atau iman yang jujur di dalam hati.
BACA JUGA: Berobat dengan Tahajjud dan Sedekah, Bagaimana?
Sehingga ulama menjadikan shalat malam menjadikan patokan keimanan.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
تَتَجَا فٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah 32: Ayat 16)
Salah satu contohnya lagi adalah patokan dalam shalat subuh, apabila sulit untuk bangun maka ini keimanan sedang turun.
Meskipun mereka begadang atu tidur satu jam sekalipun maka tetap bangun shalat subuh karena Allah yang membangunkannya, sungguh dialah yang maha kuasa atas segala hikmahnya. []
SUMBER: MUSLIMAFIYAH