Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
RUQYAH adalah mantera, jampi, dan jimat. (Ahmad Warson Al Munawwir, Al Munawwir, Hlm. 525. Pustaka Progressif). Disebutkan Al ‘Azaim (jimat-jimat) adalah ruqaa (jampi/mantera). (Al Jauhari, Ash Shihah fil Lughah, 1/468)
Biasanya dipakai untuk mengusir atau menghilangkan keburukan, rasa sakit, dan gangguan makhluk jahat.
Ada yang terlarang, yaitu ruqyah dengan bahasa atau kalimat yang tidak jelas maknanya, istilahnya ruqyah Syirkiyyah. Berdasarkan hadits berikut:
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya ruqyah, jimat, dan tiwalah (pelet), adalah syirik.” (HR. Abu Daud No. 3383, shahih)
Ada yang dibolehkan, yaitu ruqyah yang berasal dari bacaan Alquran dan doa-doa dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, istilahnya Ruqyah Syar’iyyah.
BACA JUGA: Ain, dan Ayat-ayat Ruqyah
Dari ‘Auf bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata:
كنا نرقي في الجاهلية، فقلنا: يارسول اللّه، كيف ترى في ذلك؟ فقال: “اعرضوا عليَّ رقاكم، لابأس بالرقى ما لم تكن شركاً
“Kami meruqyah pada masa jahiliyah, kami berkata: ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang itu?” Beliau bersabda: “Perlihatkan ruqyahmu padaku, tidak apa-apa selama tidak mengandung kesyirikan.” (HR. Abu Daud No.3886, shahih)
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah mengatakan:
وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاء عَلَى جَوَاز الرُّقَى عِنْد اِجْتِمَاع ثَلَاثَة شُرُوط : أَنْ يَكُون بِكَلَامِ اللَّه تَعَالَى أَوْ بِأَسْمَائِهِ وَصِفَاته ، وَبِاللِّسَانِ الْعَرَبِيّ أَوْ بِمَا يُعْرَف مَعْنَاهُ مِنْ غَيْره ، وَأَنْ يَعْتَقِد أَنَّ الرُّقْيَة لَا تُؤْثَر بِذَاتِهَا بَلْ بِذَاتِ اللَّه تَعَالَى .
“Ulama telah ijma’ bolehnya ruqyah jika memenuhi tiga syarat: 1. Menggunakan firman Allah Ta’ala atau dengan asma dan sifat-sifat-Nya. 2. Dengan lisan bahasa Arab atau dengan bahasa yang bisa diketahui maknanya selain bahasa Arab. 3. Meyakini bahwa ruqyah tidak mmberikan pengaruh dengan zatnya sendiri, tetapi Allah Ta’ala yang memberikan pengaruhnya.” (Fathul Bari, 10/195)
Meruqyah rumah atau apa pun, yang di dalamnya dianggap terdapat gangguan tidak biasa, boleh-boleh saja. Berdasarkan hadits berikut:
لا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan, sesungguhnya syetan itu menjauh dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah. (HR. Muslim no. 780)
Caranya dengan membacakan langsung di tempat yang dianggap ada gangguan tersebut, atau membacakannya kepada air lalu air itu dicipratkan ke tempat tersebut. Hal ini berdasarkan hadits Shahih Bukhari, dalam Bab an Nafats fir Ruqyah:
فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفِثْ حِينَ يَسْتَيْقِظُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، وَيَتَعَوَّذْ مِنْ شَرِّهَا، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ
Jika kamu melihat sesuatu yang tidak disukai, maka hendaknya dia meludah saat terbangun sebanyak 3 kali, dan berlindung (kepada Allah) dari keburukannya maka itu tidak akan membahayakannya. (HR. Bukhari no. 5747)
Ini juga diriwayatkan dari sebagian salaf. Seperti Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu:
إذا عسر على المرأة ولدها تكتب هاتين الآيتين والكلمتين في صحيفة ثم تغسل وتسقى منها، وهي: بسم الله الرحمن الرحيم لا إله إلا الله العظيم الحليم الكريم، سبحان الله رب السموات ورب الارض ورب العرش العظيم ….
Jika seorang wanita kesulitan ketika melahirkan, maka Anda tulis dua ayat berikut secara lengkap di lembaran, kemudian masukkan ke dalam air dan kucurkan kepada dia, yaitu kalimat: “Laa Ilaha Illallah Al Halimul Karim Subhanallahi Rabbil ‘Arsyil ‘Azhim Al Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin….”
(Tafsir Al Qurthubi, 16/222)
Hal ini juga dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hambal, seperti yang dikatakan Imam Ibnu Muflih:
نقل عبدالله أنه رأى أباه يعوذ في الماء ويقرأ عليه ويشربه ، ويصب على
نفسه منه
Abdullah menyebutkan bahwa dia melihat ayahnya (yaitu Imam Ahmad bin Hambal) membacakan ta’awudz kepada air dan meminumnya dan menuangkan air itu kepada dirinya. (Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/441)
Kebolehan ruqyah melalui media air juga dikatakan oleh Imam asy Syafi’i, Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnul Qayyim, dan lainnya.
Maka, tidak masalah meruqyah rumah baik dengan membacakan Alquran secara langsung, atau membacakannya kepada air lalu mencipratkannya ke rumah tersebut.
BACA JUGA: Minta Diruqyah; Dikeluarkan dari 70 Ribu Orang yang Masuk Surga Tanpa Hisab?
Dalam Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah:
فلا حرج في قراءة آيات الرقية على ماء ورش المنزل والحديقة بهذا الماء، والطريقة الصحيحة لذلك هي قراءة آيات السحر على ماء، وخصوصاً قول الله تعالى: قَالَ مُوسَى مَا جِئْتُم بِهِ السِّحْرُ إِنَّ اللّهَ سَيُبْطِلُهُ إِنَّ اللّهَ لاَ يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ {يونس: 81}، ثم يرش الماء المقروء عليه في البيت والحديقة فيبطل السحر إن شاء الله.
Tidak masalah membacakan ayat-ayat ruqyah kepada air lalu air itu dipercikkan kepada rumah dan kebun. Cara yang shahih adalah membacakan ayat-ayat ruqyah ke air, secara khusus adalah membacakan firman Allah Ta’ala: “Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan kepalsuan sihir itu. Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus, Ayat 81)
Lalu air yang dibacakan ruqyah tersebut dicipratkan ke rumah atau kebun, Insya Allah sihir itu lenyap. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 56090)
Demikian. Wallahu a’lam. Wa Shallallahu ‘al Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa Sallam. []