UMAT Islam di seluruh dunia diwajibkan menaati perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Di dalam ketaatan, ada ganjaran besar yang telah disiapkan bagi manusia, di dunia dan di akhirat kelak.
Sementara itu, di dalam kemaksiatan, Allah pun sudah menyiapkan balasan bagi para pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat.
BACA JUGA: Maksiat Samar, Tipu Daya Setan yang Jarang Disadari Manusia
Lantas sebenarnya, seperti apa makna ketaatan dan kemaksiatan yang dilakukan manusia di hadapan Allah Azza wa Jalla?
Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam menjelaskan, ketaatan yang manusia lakukan kepada Allah SWT sesungguhnya tidak bermanfaat bagi Allah. Sebab, Allah adalah Zat Yang Mahakaya dan tidak membutuhkan alam semesta apalagi amal ibadah makhluk.
Ibnu Athaillah berkata: “Laa tanfa’uhu thaa’atuka wa laa tadhurruhu ma’shiyatika, wa innama amaraka bihadza wa nahaaka an hadza limaa ya’udu ilaika. Laa yazidu fii izzihi iqbaalun man aqbala alaihi wa laa yunqishu min qadarihi idbaarun man adbara anhu,”.
Yang artinya: “Ketaatan yang engkau lakukan tidaklah bermanfaat untuk-Nya. Dan kemaksiatan yang engkau kerjakan tidaklah mendatangkan bahaya kepada-Nya.
Allah memerintahkan dan melarang ini dan itu semata untuk kepentinganmu sendiri. Ketaatan maupun pembangkangan seseorang sama sekali tidaklah menambah atau mengurangi kemulian-Nya,”.
BACA JUGA: Ini yang Terjadi Jika Maksiat Dibiarkan
Selayaknya dengan ketaatan, dijelaskan, Allah SWT juga tidak membutuhkan kemaksiaatan makhluk-Nya sebab itu tidak mendatangkan bahaya apa-apa kepada Allah. Hanya saja, Allah Mahajauh dari perbuatan bahaya yang dilakukan makhluk-Nya. []
SUMBER: REPUBLIKA