ANGGAPAN bahwa ziarah kubur tidak penting dan sudah terwakili dengan doa dari rumah, menurut hemat kami, ini suatu pemahaman yang tidak tepat. Kenapa? Bagaimana tidak dianggap penting, sementara hal itu (ziarah kubur) merupakan perkara yang diperintahkan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah bersabda: “Dulu aku pernah melarang kalian dari ziarah kubur, maka (sekarang) hendaknya kalian menziarahinya.”(HR. Muslim).
Selain itu, para ulama sepakat akan disunahkan atau dianjurkannya ziarah kubur berdasarkan hadis di atas (Syarh Shahih Muslim, juz 7, hlm. 56 -47). Perkara yang hukumnya sunah, tentunya perkara yang penting dan layak untuk dihidupkan sebagaimana perkara-perkara sunah yang lainnya.
Doa dari rumah belum mewakili ziarah kubur. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat Aisyah ra, pernah ziarah ke pekuburan Baqi’ dan mendoakan para penghuninya dari kalangan muslimin.
BACA JUGA: 9 Adab Ziarah Kubur yang Jarang Diketahui
Jika cukup doa dari rumah, tentunya nabi tidak akan pergi ziarah ke pekuburan Baqi’. Ini menunjukkan, bahwa maksud dari ziarah kubur itu tidak hanya mendoakan orang yang telah meninggal saja, tapi ada tujuan-tujuan lain yang tidak terwakili hanya dari rumah, diantaranya: tadzkir (penginggat) negeri akhirat, mengunjungi orang yang telah meninggal (karena mereka tahu jika diziarahi), mengucapkan salam, dan yang lainnya.
Imam Ibnul Qayyyim rahimahullah menyatakan, bahwa ziarah kubur itu memiliki tiga tujuan:
1. Menginggat negeri akhirat.
2. Berbuat baik kepada mayit. Dengan diziarahi kuburnya, mayit akan merasa senang sebagaimana diziarahi saat masih hidup.
3. Mengikuti sunah nabi. (simak kitab Ighatsah Al-Lahafan, juz. 1, hlm. 159 – 160).
Jika kita mencoba untuk ‘melongok’ kepada tarikh yang ada, maka kita akan dapatkan bahwa ziarah kubur termasuk kebiasaan para salaf salih sejak zaman sahabat, lalu dilanjutkan oleh generasi-genarasi yang setelahnya sampai kepada zaman kita sekarang ini.
Memperbanyak ziarah kubur merupakan perkara yang sangat dianjurkan, terutama kepada orang tua, orang-orang shalih, masyaikh (guru), para ulama, para auliya (wali) Allah dan orang-orang yang memiliki keutamaan di sisi Allah. Imam An-Nawawi (w. 676 H) rahimahullah berkata:
BACA JUGA: Ziarah Kubur Setelah Shalat Ied, Bagaimana?
وَيُسْتَحَبُّ الإِكْثَارُ مِنْ الزِّيَارَةِ، وَأَنْ يُكْثِرَ الوُقُوْفَ عِنْدَ قُبُوْرِ أَهْلِ الْخَيْرِ وَاْلفَضْلِ
“Dianjurkan untuk memperbanyak ziarah (kubur) dan memperbanyak berdiri di sisi kubur orang-orang yang baik dan memiliki keutamaan.”(Al-Azkar, hlm. 168)
Dengan keterangan di atas, apakah kita masih akan menyatakan bahwa ziarah kubur itu tidak penting dan kita
enggan untuk menghidupkannya ? Tentunya tidak. Wallahu a’lam bish shawab. []
Facebook: Abdullah Al-Jirani