BETAPA banyak kejadian dan peristiwa besar yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh sebuah tulisan atau berupa catatan-catatan kecil yang mengandung kode-kode rahasia. Semua tulisan itu juga ditulis dengan pena. Sehingga pena mempunyai tempat tersendiri dalam ajaran Islam.
Secara umum para Ulama mengategorikan, pena menjadi tiga macam:
Pertama, Pena Takdir
Pena ini adalah makhluk Allah Ta’ala, yang diciptakan sendiri dengan tangan-Nya, kemudian diperintahkan untuk menulis.
BACA JUGA: Rasa Takut Tak akan Bisa Hapuskan Takdir
Pernah suatu saat, Abdul Wahid bin Sulaim menceritakan,”Aku tiba di Mekkah kemudian bertemua dengan ‘Atha bin Abi Rabbah (Seorang Tabi’in masyhur).
Aku berkata kepadanya,”Wahai Abu Muhammad sesungguhnya penduduk Bashrah mempersangsikan tentang takdir.
Ia menjawab,”Nak, apakah kau membaca al-Qur’an?”, “Tentu”, jawabku. Beliau melanjutkan,”Bacalah surat az-Zukhruf!”. Lantas aku membaca;
حم (١) وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ (٢) إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (٣) وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ (٤
“Haa Miim (2) Demi Kitab (Al Quran) yang menerangkan (3) Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya) (4) Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah”.
(QS. az-Zukhruf :1-4).
Beliau bertanya lagi,”Apakah kau tahu apakah Ummul Kitab?”.
Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui”, tukasku.
“Itu adalah kitab yang ditulis oleh Allah sebelum menciptakan langit dan bumi. Di dalamnya tertulis bahwa Fir’aun termasuk penghuni neraka. Tangan Abu Lahab akan celaka”, jelas beliau.
‘Atha mengatakan,”Saya bertemu dengan al-Walid bin Ubadah bin Shamit, dan bertanya kepadanya,”Apa wasiat terakhir ayahmu ketika sekarat?”.
Ia menjawab,”Ayah memanggilku seraya berpesan,”Wahai anakku bertakwalah kepada Allah Ta’ala, ketahuilah bahwa kau tidak akan pernah bertakwa kepada Allah sampai kau beriman dengan-Nya dan beriman dengan takdir yang baik ataupun yang buruk. Kalau engkau meninggal tidak dengan keimanan ini, maka engkau masuk neraka. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ لَهُ : اكْتُبْ ، قَالَ : رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ ؟ قَالَ : اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Sesungguhnya makhluk yang pertama kali diciptakan adalah pena. Allah memerintahkan kepadanya,”Tulislah”.
Apa yang harus kutulis?”, jawab pena. “Tulislah seluruh takdir yang akan terjadi sampai akhir nanti.”
(HR. Abu Daud, no. 4700 dan Tirmidzi, no. 2155. dinilai shahih oleh ahli hadits Syaikh Albaniy)
Kedua, Pena Malaikat
Pena jenis inilah yang digunakan untuk menulis semua amalan hamba-hamba-Nya. Kata para ahli ilmu, di antaranya, syaikh Athiyah Salim rahimahullah bahwasanya kalau malaikat ini tugasnya mencatat berarti malaikat butuh pena.
Setiap manusia ditemani oleh dua malaikat yang berada di kanan dan kirinya. Tugas mereka adalah untuk mencatat seluruh perbuatan dan gerak-gerik setiap hamba secara detail. Baik atau buruknya, sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, tanpa ada pengecualian. Catatan itu nanti akan ditampilkan pada hari kiamat dihadapannya. Ia tidak akan bisa mengingkarinya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman;
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri (18) Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaf : 17-18).
Ketiga, Pena Manusia
Pena ini yang biasa digunakan untuk menulis surat, buku, tanda tangan di atas cap sebuah kesepakatan atau persetujuan, mencatat faidah pelajaran dan kegiatan lainnya. Pena ini bagaikan pisau bermata dua, tergantung siapa yang menggunakannya. Kalau dipegang sama orang baik maka yang keluar juga baik. kalau misalnya dipegang dan digunakan oleh orang yang jahat maka yang keluar juga jahat dan berakibat buruk.
BACA JUGA: Apa Gunanya Istikharah Kalau Semua Perkara telah Ditakdirkan Sebelumnya?
Pena manusia yang paling istimewa adalah pena yang dipegang oleh sahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, para penulis wahyu, baik itu Al Quran maupun Hadits. Mereka adalah sahabat pilihan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin Fuhairah, Abdullah bin Arqam az-Zuhri, Ubay bin Kaab, Tsabit bin Qais bin Syammas, Khalid bin Said al-Ash, Hanzhalah bin Rabi’, al-Asadi, Zaid bin Tsabit, Muawiyah bin Abu Sofyan, & Syurahbil bin Hasanah. Mereka inilah para penulis wahyu –radhiallahu ‘anhum ajma’in-.
Pena Istimewa
Pena para sahabat adalah pena yang sangat istimewa, kenapa? karena dengan pena mereka itulah, berkat taufik dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala kita bisa memegang Al Quran. jadi Al Quran bisa sampai ke kita itu karena sebab jasanya para sahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. makanya musuh-musuh islam, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menjatuhkan kehormatan para sahabat. makanya bila ada orang yang mencela sahabat, ini berarti kaki tangannya musuh-musuh islam, kenapa? Karena sahabat-sahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam jasanya luar biasa, tanpa ada perantara mereka setelah taufik dari Allah Azza Wa Jalla, Al Quran tidak akan sampai ke kita, hadits nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan sampai ke kita kalau bukan karena sebab jasanya para sahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Waspada dan berhati-hatilah terhadap orang yang mulai mencela para sahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Para ulama dahulu telah menjelaskan, jika ada orang yang mencela sahabat, sebenarnya mereka mempunyai misi, apa misinya? menjatuhkan Al Qur’an dan Sunnah. karena yang mentransfer Al Quran dan sunnah siapa? para sahabatnabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah Ta’ala mengganjar mereka dengan keridhoan yang sempurna.
Tradisi tulis menulis ini kemudian berlanjut dengan pena ulama Islam. Penyebaran ilmu – ilmu Islam di berbagai penjuru dunia, dilanjutkan oleh para ulama dengan bukti karya-karya tulis mereka, sampai dengan pada saat ini. Tinggal kita bertanya pada diri sendiri, ‘Apakah kita akan menggunakan pena jenis ketiga ini juga?’ []
SUMBER: BIMBINGAN ISLAM