SEBAB saat berpuasa, seorang hamba meninggalkan beberapa kebiasaan duniawi dengan harapan mendapatkan ganjaran pahala di sisi Allah. Parameternya dalam menghitung untung – rugi perbuatannya adalah standar akhirat. Dalam puasa –misalnya– dia meninggalkan makan, minum dan berbagai kenikmatan pada siang hari bulan Ramadhan, demi balasan yang baik pada hari kehidupan akhirat kelak.
Dalam hal ini terdapat penanaman nilai-nilaI keimanan kepada kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat menjadi tambatan hati bagi orang yang berpuasa.
BACA JUGA: 9 Hal yang Harus Dilakukan Muslim Selama Ramadhan
Dia juga berlatih untuk menghilangkan ketergantungan kepada kenikmatan duniawi yang fana. Sebab ketergantungan kepada kenikmatan duniawi itulah yang melahirkan kecenderungan yang berlebihan kepada kehidupan dunia.
Padahal, penting diingat bahwa dalam ibadah puasa, terkandung pula kenikmatan rohani dan kebaikan hidup, seperti kesehatan fisik, ketenangan hati, dan kelapangan dada.
Adapun orang yang hanya melihat segala sesuatu dari sudut pandang materi, maka puasa hanya akan dilihat dari sisi kehidupan dunia yang singkat ini. Mereka tidak melihat puasa melainkan sebatas meninggalkan kenikmatan makan, minum dan hubungan suami-istri.
BACA JUGA: Inilah Cara Terbaik Mengisi Waktu Luang di Bulan Ramadhan
Pandangan mereka terbatas pada upaya pemenuhan terhadap kebutuhan fisik semata. Mereka tidak melihat sisi akhirat yang pada hakekatnya merupakan balasan yang sebenarnya. Hal inilah yang menggerus atau mungkin memperlemah rasa rindu kepada kehidupan akhirat.
SUMBER: WAHDAH