Oleh: Novita Ekawati
bungasurga05@yahoo.com
DARI waktu ke waktu usia manusia terus bertambah, tak berkurang selain sisa hidup yang dimilikinya. Sedangkan manusia sendiri tak pernah tau berapa lama lagi waktunya untuk bertemu dengan Allah akan datang menjemput.
Dan dirinya masih belum memiliki apa-apa untuk bekal dibawa pulang. Bekal yang kelak akan dipersaksikan di hadapannya dan seluruh mahluk-mahluk Allah lainnya untuk dimintai pertanggung jawabannya.
Bekal yang kita bawa seringkali kurang, namun di dunia kita selalu merasa cukup bahkan merasa tak perlu untuk menambah amal baik bahkan ketika kita menyadari bahwa hiduplah tak abadi.
BACA JUGA: Jika Terlambat dalam Ibadah, Dikhawatirkan Lambat Pula dalam Kebaikan
Kita cenderung menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dan kufur terhadap nikmat-nikmatNya tanpa bersyukur dengan taat padaNya di setiap amal yang dikerjakan. Kita selalu menganggap hari esok masih ada, sedangkan esok masihlah ghaib yang tak pernah kita tahu masih bernyawa ataukah tidak diri ini esok hari.
Bisa saja esok kita sudah terbaring mati berkubur di liang lahat bersama tanah dan tumpukan bebatuan yang akan menindih badan di peristirahatan terakhir atau masih bebas berlari dan tertawa lepas dan bebas tanpa tau detak aliran darah yang ntah berhenti kapan.
Semua bisa terjadi tanpa kita tau, sedangkan waktu masih akan terus berjalan, sebagaimana firman Allah ta’ala,
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr. :1-3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah ta’ala kepada manusia. Sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (Muttafaqun ‘alaih)
Hendaknya kita sadar bahwa waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba. Sungguh disayangkan jika waktu berlalu begitu saja tanpa digunakan untuk melakukan ketaatan dan beribadah kepada Allah Ta’ala yang telah banyak memberikan nikmat kepada kita.
BACA JUGA: Lelahmu akan Hilang, Kebaikanmu akan Kekal
Cara kita menjalani waktu si setiap prosesnya, sebagai berikut:
1) Gunakanlah skala prioritas, dimana utamakanlah untuk mengerjakan hal-hal yang wajib kemudian hal-hal yang disunnahkan. Seperti saat kamu ingin bersedekah, maka utamakanlah terlebih dahulu bersedekah kepada orang-orang terdekatmu yang lebih membutuhkan. Seperti keluargamu atau tetanggamu.
2) Berupaya sebisa mungkin untuk meninggalkan kemubahan yang tidak memberikan manfaat pada akhiratmu.
Contoh, menonton tivi adalah hal yang mubah (boleh), tapi jika hanya akan melenakanmu dari melaksanakan kewajiban atau hal-hal yang disunnahkan, maka tinggalkanlah hal tersebut.
Tapi jika menonton televisi tersebut dapat membuatmu mengetahui banyak informasi yang kemudian menjadi jalanmu untuk mendapat ilmu dan memahami syari’atNya, maka hal yang mubah tadi bisa menjadi ibadah.
3) Bersungguh-sungguhlah dalam memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan keistimewaan. Seperti semakin perbanyak ibadah dan kebaikan saat di bulan Ramadhan, atau perbanyaklah sholawat kepada Rasulullah Saw dan beramal sholeh di hari Jumat, dan seterusnya
4) Hindari panjang angan-angan di dunia dan tertipu dengan amalan-amalan yang sudah dilakukan. Merasa amal kebaikan yang dilakukan sudah cukup dilakukan di dunia, membuatmu semakin malas untuk beramal sholeh, sedangkan engkau tak pernah tau amal yang mana yang kelak akan diterima Allah sebagai penyelamatmu di akhirat.
5) Hindari menunda amal kebaikan, karena Allah tidak memberimu waktu untuk bertaubat jika engkau sudah masuk ke liang lahat.
BACA JUGA: Jangan Pernah Remehkan Sekecil Apapun Kebaikan
Dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyim disebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi, dikatakan: “Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: ”Keuntungan terbesar di dunia adalah engkau menyibukkan dirimu setiap saat dengan sesuatu yang paling utama dan bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Bagaimana mungkin dikatakan berakal seseorang yang menjual surga dan kenikmatan di dalamnya dengan syahwat (kesenangan dunia) yang hanyalah sesaat.”
Orang gagal adalah orang yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Orang besar dan sukses adalah mereka yang memanfaatkan waktunya dengan baik untuk dunia dan akhiratnya, dan dia tidak mau ada waktu—semenit saja—yang terbuang tanpa kebaikan dan kemanfaatan.
Wallahu a’lam bisshawab. []