Oleh: M Anwar Djaelani, Aktivis MIUMI Jawa Timur
RINDU adalah gelegak hati untuk segera berjumpa dengan yang kita cintai. Maka, “Rindu Ramadhan” memuat isyarat bahwa kita mencintai Ramadhan dan berharap segera bisa menemuinya. Jika kemudian kita bisa “bercengkerama” dengan Ramadhan sesuai syariat Islam, maka mendambakan pintu Ar-Rayyan di Surga kelak membuka untuk kita, insya–Allah bukanlah sebuah mimpi.
Posisi dan Janji
Bagi kaum beriman, Ramadhan itu bak seorang kekasih. Lihatlah, kehadiran Ramadhan selalu ditunggu-tunggu dan kebersamaan dengannya diharapkan berlangsung lama. Maka tak mengherankan jika pada saatnya harus berpisah dengan Ramadhan, banyak kaum beriman yang bersedih.
Sikap seperti yang tergambar di atas, sangat bisa dimengerti jika kita hubungkan dengan berbagai keistimewaan Ramadhan. Mari, kita baca ulang sebagian di antaranya.
Pertama, tentang “Madrasah Ramadhan dan Lulusannya”. Di Ramadhan, kita wajib berpuasa agar kita menjadi taqwa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS Al-Baqarah [2]: 183).
Sementara, di hadapan Allah, posisi sebagai manusia paling mulia hanya boleh ditempati oleh orang-orang yang paling bertaqwa. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (QS Al-Hujurat [49]: 13). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Kedua, tentang “Janji Pengampunan”. Bahwa, atas semua dosa yang diperbuat manusia, Allah jadikan puasa Ramadhan sebagai media penghapusnya. ”Barang-siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni” (HR Bukhari – Muslim). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Ketiga, perihal “Pahala yang Dilipatgandakan”. Di dalam Ramadhan besar pahala berlipat-lipat ketimbang di luarnya: “Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipat hingga tujuh ratus lipat gandanya” (HR Bukhari – Muslim). Tak hanya itu, amalan-amalan sunnah pahalanya senilai amalan wajib. Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Keempat, soal “Pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup”. Perhatikanlah! “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu” (HR Bukhari – Muslim). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Kelima, tentang “Puasa sebagai ibadah istimewa”. Cermatilah Hadits Qudsi ini: “Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya” (HQR Bukhari). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Keenam, perihal “Doa yang dikabulkan”. Ada perlakuan khusus bagi doa yang dipanjatkan oleh mereka yang sedang berpuasa. “Tiga kelompok yang tidak akan ditolak doanya: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya. Allah menyibak awan dan membuka pintu-pintu langit seraya berfirman: ‘Demi kemulian-Ku dan keagungan-Ku, pasti Aku tolong kamu, walau setelah beberapa waktu’.” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Ketujuh, tentang “Lailatul Qadar”. Di Ramadhan ada malam yang sangat mulia karena nilainya lebih dari seribu bulan. “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS Al-Qadr [97]: 3). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Kedelapan, tentang “Terbinanya optimisme yang tak berkesudahan”. “Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya” (HR Bukhari). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Kesembilan, soal “Masuk surga melalui pintu khusus, Ar-Rayyan”. Cermatilah! “Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada Hari Kiamat nanti. Tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup” (HR Bukhari). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?
Di Surga pintu-pintunya punya nama seperti Pintu Shalat, Pintu Haji, Pintu Jihad, Pintu Sedekah, dan Pintu Ar-Rayyan. Pintu Shalat diperuntukkan bagi yang banyak melakukan shalat. Pintu jihad untuk yang banyak berjihad. Pintu Sedekah untuk yang banyak bersedekah. Sementara, Pintu Ar-Rayyan khusus bagi yang berpuasa.
Pintu Ar-Rayyan istimewa. Pintu ini akan ditutup setelah orang terakhir –pengamal puasa- masuk. Pintu ini –sekali lagi adalah pintu khusus- hanya untuk yang berpuasa dan akan ditutup setelah semua yang berhak masuk. Hal ini menunjukkan keistimewaan puasa. “Sesungguhnya di Surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan.
Orang-orang yang berpuasa di Hari Kiamat masuk dari pintu itu. Tidak dibolehkan seorangpun memasukinya selain mereka. Lalu dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Merekapun bangkit, dan tidak ada seorangpun yang masuk kecuali dari mereka. Ketika mereka telah masuk, (pintunya) ditutup dan tidak seorangpun masuk lagi” (HR Bukhari – Muslim).
Alhasil, ketika kita tahu berbagai keutamaan (puasa) Ramadhan, maka pasti kita merindukan kehadirannya dan lalu berpuasa di dalamnya dengan sepenuh semangat. Bersemangat, antara lain dengan berusaha untuk menjalankan puasa agar sesuai dengan apa yang telah Rasulullah Saw contohkan.
Puasa yang kita amalkan dengan segenap semangat insya-Allah akan menaikkan derajat kualitasnya. Maka, di titik ini, dengan terus berusaha menjauhkan sikap riya’, berhak kiranya jika membayangkan bahwa nama kita akan masuk dalam daftar mereka yang boleh melalui pintu eksklusif di Surga yang bernama Ar-Rayyan.
Andai Bisa
Sekarang ini, ketika kita berada di pekan terakhir Sya’ban, rindu bertemu Ramadhan insya-Allah akan segera tertunaikan. Kita bergembira. Lalu, kelak ketika 1 Syawal tiba, kaum beriman yang faham akan keutamaan Ramadhan akan tertunduk sendu: “Duh, andai Ramadhan itu berlangsung sepanjang tahun.” Rindu daku, selalu! []