Oleh: Mudji Hartono
(mahasiswa BK ikip siliwangi)
BULAN ramadhan yang diakhiri dengan Hari Raya Idul fitri tak akan terlepas dengan hidangan yang dinamakan Ketupat. Siapa sih yang tidak menyukai jenis kuliner satu ini.
Menurut KBBI, ketupat adalah makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa, berbentuk kantong segi empat dan diolah dengan cara direbus. Dihidangkan sebagai pengganti nasi.
Dalam perkembangannya, cara penyajian dan nama lauk dalam menu yang dihidangkan menimbulkan jenis kuliner baru misalnya ketupat sayur ,ketupat tahu, ketupat opor dan sebagainya.
Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15 pada masa Kesultanan Demak dengan Raden Fatah sebagai sultan untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sebelum masa Islam di Jawa, ketupat sudah ada pada masa agama Hindu dan Budha proses asimilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islam.
BACA JUGA:Â Ini Dia Asal-usul Ketupat Lebaran
Bentuknya yang persegi, ternyata mempunyai makna, bagi masyarakat Jawa hal ini sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Ada yang memaknai kiblat papat limo pancer ini sebagai keseimbangan alam: 4 arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara. Akan tetapi semua arah ini bertumpu pada satu pusat (kiblat). Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam akan hilang. Begitu pula hendaknya manusia, dalam kehidupannya, ke arah manapun dia pergi, hendaknya jangan pernah melupakan pancer (tujuan): Tuhan Yang Maha Esa.
Makna dari kiblat papat limo pancer ini dapat juga diartikan sebagai 4 macam nafsu manusia dalam tradisi jawa: marah (emosi), aluamah (nafsu lapar), supiah (memiliki sesuatu yang bagus), dan mutmainah (memaksa diri). Keempat nafsu ini adalah empat hal yang kita taklukkan selama berpuasa, jadi dengan memakan ketupat, disimbolkan bahwa kita sudah mampu melawan dan menaklukkan empat macam nafsu tersebut.
Ketupat atau kupat sendiri merupakan singkatan dari frasa dalam bahasa jawa “ngaku lepat” yang artinya mengakui kesalahan. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa kupat merupakan singkatan dari “laku papat” atau empat tindakan dalam perayaan lebaran.
BACA JUGA:Â Ketupat, Simbolisasi Hari Raya Idul Fitri Masyarakat Jawa
Empat tindakan tersebut adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebih jelasnya berikut arti masing-masing kata:
- Lebaran memiliki makna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Kata ini berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
- Luberan memiliki makna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia
- Leburan memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan kamu akan melebur habis. Karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
- Laburan adalah labor atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya adalah agar manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Sementara itu filosofi yang dimiliki ketupat adalah sebagai berikut:
- Anyaman janur yang rumit mencerminkan beragam kesalahan manusia.
- Nasi putih yang di dalam ketupat mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah ritual saling memaafkan.
- Bentuk ketupat mencerminkan kesempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan setelah sebulan lamanya berpuasa.
- Ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “Kupat Santen“, kulo lepat nyuwun ngapunten (Saya salah mohon maaf). []