Oleh: Mudji Hartono
(Mahasiswa BK IKIP Siliwangi)
MULUTMU adalah harimaumu. Peribahasa dalam bahasa Indonesia ini sering kita dengar sebagai nasihat agar berhati dengan ucapan kita. Salah mengucapkan kata-kata bisa berakibat fatal buat diri kita sendiri.
Dr. Andrew dan Mark Robert dalam penelitiannya menemukan bahwa kata-berdampak pada kesehatan fisik dan mental bagi pengucapnya. Pemilihan kata negatif memberi dampak buruk bagi otak, meningkatkan stres yang berakibat terganggunya kesehatan fisik dan mental.
BACA JUGA: Bahaya Lisan yang Tak Bertulang
Dilansir dari Lifehack, Newberg dan Waldman memaparkan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat sejenis hormon yang memproduksi stres. Pertumbuhan hormon ini meningkat ketika menggunakan kata-kata yang bersifat negatif. Selain itu juga mempengaruhi bagian di otak yang berperan dalam aspek logika dan rasionalisasi, yaitu lobus frontal.
Ketika menggunakan kata-kata negatif, fungsi lobus frontal secara otomatis akan terhambat dan digantikan dengan area di sekitar otak lain yang bernama amigdala. Amigdala adalah bagian otak yang bekerja dalam aspek emosi dan pertahanan diri. Ketika amigdala berfungsi, emosi seseorang menjadi tidak terkendali.
Dampak yang diakibatkan dari penggunaan kata-kata negatif begitu besar. Bahkan ketika mendengar satu kata “tidak” kurang dari sedetik sudah memberikan pengaruh bagi otak. Dilansir dari Psychology Today, melalui MRI scanner terlihat jelas bahwa lusinan hormon pemicu stres otomatis muncul selama kurang dari satu detik setelah mendengar kata “tidak”.
BACA JUGA: Cara Menjaga Lisan dari Perbuatan Dosa
Mengucapkan kata-kata negatif dalam beberapa detik, struktur kunci di dalam otak yang mengatur memori dan perasaan langsung terkena dampaknya. Apabila dibiasakan akan memberikan dampak permanen terhadap fungsi otak, yaitu selalu dirundung pikiran negatif dan mudah emosi. Selain itu, berakibat gangguan tidur, gangguan nafsu makan dan sulit merasa bahagia.
Sebaliknya menggunakan kata-kata positif yang rutin bisa memberikan manfaat baik bagi otak. Penggunaan kata-kata positif yang rutin dapat mengubah fungsi suatu bagian di otak bernama lobus parietalis. Bagian ini berfungsi ketika kita menilai diri sendiri dan orang lain. Kebiasaan menggunakan kata-kata yang baik menjadikan kita berprasangka baik dan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain.
BACA JUGA: Soal Bahaya Lisan, Ini Kata Para Ulama
Dalam Islam, diksi (pemilihan kata) merupakan gambaran keimanan seseorang. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Berbicara tentang kata-kata yang positif yang telah terbukti memberikan pengaruh positif dan kebaikan, maka agama Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa ada kitab yang memuat kumpulan perkataan terbaik; itulah kitab suci al-Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ
“sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur’an.”
Keadaan fisik dan mental tergantung dari baik dan buruknya pemilihan perkataan kita. Hati-hati digigit harimau mulutmu sendiri! []