UNGKAPAN berhenti sebelum kenyang sering kita dengar ketika sedang menyantap makanan. Namun sebetulnya seberapa banyak porsi makanan yang boleh masuk ke perut yang sesuai sunnah Nabi Muhammad ﷺ?
Abu Hurairah dan para sahabat yang lain pun sering berkali-kali makan sampai kenyang, karena itu, rasa kenyang setelah makan terkadang diperbolehkan.
Namun, yang perlu menjadi catatan, kenyang yang dirasakan Abu Hurairah dan sahabat lain bukan keadaan yang biasa terjadi. Artinya, itu bukan kebiasaan mereka.
BACA JUGA: 4 Makanan untuk Buka Puasa yang Perlu Dihindari
Ibnu Hajar menjelaskan dengan menukil dari Al Qurthubi yang menyampaikan kisah dari Abu Al Haitsam. Suatu ketika, Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat menyembelih domba dan mereka makan sampai kenyang. Ini menjadi bukti bahwa memang makan sampai kenyang dibolehkan.
Meski begitu, yang dibenci adalah ketika rasa kenyang menyebabkan malas dan enggan berdiri untuk beribadah. Sifat dibenci ini bisa naik menjadi larangan berdasarkan kadar kerusakan yang ditimbulkan.
Ibnu Qayyim menjelaskan, kedudukan makanan itu ada tiga. Pertama, mengambil sebanyak yang diinginkan. Kedua adalah melewati batas cukup tetapi tidak mencapai tingkat kepuasan yang merugikan.
Ketiga, yang lebih banyak dari itu. Singkatnya, menurut Ibnu Qayyim, tiga kedudukan makanan ialah keinginan, kecukupan, dan keutamaan.
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, dijelaskan bahwa Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk mengisi perut dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga lagi nafas. Inilah yang paling mendatangkan manfaat untuk tubuh dan hati.
Sebab, jika perut penuh dengan makanan, maka ruang untuk air pun menjadi sempit. Dan ketika ruang sempit itu diberi air, tubuh menjadi tertekan, bisa memicu stres, dan menyebabkan kelelahan karena membawa beban yang berat. Kondisi demikian bisa membuat hati rusak dan malas beraktivitas.
Dalam hadits Miqdam bin Ma’dikarib yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda:
BACA JUGA: 5 Makanan Pengganti Nasi saat Sahur
مَا مَلَأ آدَمِي وِعَاء شَرًّا مِنْ بَطْن، بِحَسْب اِبْن آدَم لُقَيْمَات يُقِمْنَ صُلْبه، فَإِنْ غَلَبَ الْآدَمِيّ نَفْسه فَثُلُث لِلطَّعَامِ، وَثُلُث لِلشَّرَابِ، وَثُلُث لِلنَّفَسِ
“Tiada tempat yang paling buruk yang dipenuhi oleh manusia daripada perutnya. Cukup bagi anak Adam beberapa suap saja untuk menegakkan tulang belakangnya. Jika tidak, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk air, minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”
Kata ‘sepertiga’ yang diucap beberapa kali dalam hadits tersebut, bisa dipahami sebagai takaran atau porsi yang sebetulnya sudah banyak dan maksimal saat makan. []
SUMBER: ISLAMWEB