Oleh: Bogi Setiawan Dowo
bogisetiawan73@gmail.com
IQRO adalah kalam pertama dari Allah yang juga merupakan wahyu pertama yang khusus diberikan kepada Rosululloh melalui Malaikat Jibril Alaihissalam. Iqro secara arti adalah perintah membaca seperti yang kita temukan dalam terjemahan kitab Al Quranul kariim.
Kata Bacalah mengandung arti perintah membaca dari Allah kepada Rosululloh untuk selanjutnya disampaikan dan diteruskan kepada umat manusia.
Dalam riwayat peristiwa tersebut, Malaikat Jibril tidaklah membawa secarik kertas yang berisi tulisan iqro, lalu apakah makna sesungguhnya dari kata iqro atau makna sesungguhnya dari perinta membaca tersebut.
BACA JUGA: Malaikat Tak Kuasa Mendengar Wahyu Alllah
Dalam kitab-kitab tafsir, kata iqro diambil dari sebuah kata kerja yaitu qoro’a yang arti harfiahnya adalah menghimpun. Karena pada hakikatnya kegiatan membaca adalah kegiatan menghimoun huruf demi huruf menjadi sebuah kata.
Kemudian para ahli tafsir menerangkan lebih detail dengan ditemukannya bahwa kata qoro’a didalam bermacam kamus bahasa mengandung arti banyak yaitu Membaca, meneliti, menelaah, mengenali ciri-ciri hingga menyampaikan, oleh karena itu kata iqro’ didalam Q.S Al Alaq tersebut menjadi bermakna luas dan dalam selain sekedar membaca secara harfiah atau tekstual.
Iqro’ dalam ayat tersebut adalah “membaca” dengan nama Robb sebagai sang pencipta yang menciptakan manusia dari segumpal darah, yang mengajarkan manusia dengan Kalam dan konklusinya adalah perintah “membaca” kebesaran dan kekuasaan Allah.
Lalu bagaimanakan umat Rosululloh melaksanakan perintah tersebut?
Rosululloh bersabda:
Tholabul ilmi faridhotun alaa kulli muslimin wal muslimat.
Bahwa sesungguhnya menuntut ilmu adalah sangat diwajibkan dari setiap muslimin dan muslimat.
Karena hanya dengan bertholabul ilmi Lah maka kita akan mempelajari kalam-kalam Allah, ilmu-ilmu yang Allah tebarkan di muka bumi ini.
Pertanyaan kembali, Mengapa Rosululloh amat sangat mewajibkan umatnya untuk belajar atau bertholabul ilmi? Pastilah ada rahasia besar dan kenikmatan besar dibalik perintah wajib tersebut.
Imam Syafi’i Rohimakumulloh berkata
“Man Arodaddunya Fa’alayhi bil ilmi”
Barang siapa yang menghendaki dunia maka kuasailah ilmu menghendaki dunia bisa di ibaratkan dengan sejahtera secara duniawi yaitu luasnya rejeki materi.
“Waman arodal akhiroh fa’alayhi bil ilmi”
Barang siapa yang mengejar akhirat maka kuasailah ilmu.
Hal ini mengisyaratkan kepada umatnya untuk belajar ilmu akhirot yaitu ilmu agama Islam. Sebagai bekal kita untuk menuju surga nya Allah.
“Waman arodahumma fa’alayhi bil ilmi.”
(Varang siapa yang menghendaki keduanya yaitu dunia dan akhirat maka hendaknya ia menguasai ilmu)
Maka jelaslah mengapa perintah “Membaca” (belajar) menjadi amat sangat penting Allah turunkan kepada Rosululloh sebagai wahyu pertama dan kemudian Rosulullloh mewajibkan umatnya belajar dan imam Syafi’i menggambarkan secara konkrit tentang penting nya belajar atau menguasai ilmu lalu tunggu apalagi?
Islam adalah agama kebenaran dan agama yang penuh rahmat. Allah memerintahkan hambanya Belajar, Rosululloh menekankan umatnya belajar dan memberikan petunjuk mengapa kita harus belajar dan Allah menambahkan rahmat nya dengan memberikan hadiah, ganjaran bagi orang2 yang mau belajar yaitu akan Allah angkat derajat bagi orang-orang yang menuntut ilmu seperti firman Allah dalam Q.S Mujaddalah ; 11, “Niscaya Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara mu dan yang berilmu beberapa derajat.”
BACA JUGA: 7 Cara Turunnya Wahyu kepada Rasulullah
Sekarang setelah semua ini kita ketahui, saatnyalah kita berinstrospeksi diri, bermuhasabah diri apakah kita sudah menjadi umat Rosululloh yang haus akan bertholabul ilmi. Pertanyaan ini bukan untuk dijawab dengan lisan kita, namun lebih dalam yaitu kita jawab dengan hati kita dengan kesadaran yang penuh dengan keimanan kita.
Rosululloh bersabda,
Man yuridillahu bihi khoiron, yufaqqihhu fiddiin
Barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan maka dipahamkan terhadap ajaran agama. (H.R Imam Bukhori)
Menjadi bahan muhasabah kita bersama apakah kita menjadi hamba yang Allah kehendaki kebaikan kah kita?
Oleh karena itu marilah kita kuatkan tekad kita untuk menuntu ilmu, kita istiqomahkan hati kita untuk menuntut ilmu agar kita sejahtera di dunia dan selamat hingga ke akhirat kelak agar kita menjadi hamba yang dikehendaki kebaikan oleh Allah dan menjadi umat Rosululloh yang senantiasa patuh dan taat pada petunjuk dan sunah-sunnahnya. []