Oleh: Muhammad Abduh Negara
DULU sekali, saat berhadapan dengan tokoh yang berpandangan semua agama sama saja, sama-sama bisa menjadi jalan keselamatan, teman saya nyeletuk, “Lalu kenapa anda tidak pindah agama saja?”
Ungkapan sederhana namun telak bagi kegenitan intelektual kalangan penjaja pemikiran liberal dan pluralisme agama.
BACA JUGA: Carilah Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan
Mereka tentu tak mau mengikuti saran tersebut, entah karena di hati kecilnya sendiri, ia juga ragu akan konsep kebenaran semua agama. Atau ia khawatir kucuran dana tak akan didapatkannya lagi jika pindah agama.
Donatur mana yang mau membiayai orang murtad yang bicara pluralisme agama.
Yang mereka inginkan, seorang muslim lulusan kampus bergengsi, yang diustadzkan, yang dikiyaikan, yang ditokohkan, yang mengusung gagasan tersebut, karena syubhatnya jelas lebih kuat kepada sesama muslim.
BACA JUGA: Menikah Itu Menyempurnakan Setengah Agama, Apa Maksudnya?
Mereka mengarahkan bahwa dakwah Nabi itu hanya untuk mengubah tatanan masyarakat feodal menjadi masyarakat yang lebih demokratis, lebih aspiratif dan lebih mengusung kesetaraan.
Mereka sengaja menutupi, bahwa tujuan dakwah Nabi itu adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan kekufuran menuju cahaya Islam dan iman. []