KITA tidak bisa menentukan sikap orang lain kepada kita. Di antara mereka pasti ada yang memperlakukan kita dengan baik, ada pula yang bersikap buru. Sikap orang kepada kita sebenarnya tidaklah harus jadi masalah. Yang terpenting adalah bagaiamana respons kita terhadap beragam sikap mereka.
Namun ada kalanya ketika seseorang bersikap tidak baik terhadap kita, kita malah menyimpan dendam terhadap orang yang telah membuat hati kita terluka tersebut. Bagi sebagian orang, keburukan akan membekas dalam hati sebagaimana kebaikan.
BACA JUGA: Mau Dicintai Allah SWT? Jangan Ragu untuk Memaafkan
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Ka’ab bin Malik, ia berkata,
“Aku telah mendengar Ka’ab bin Malik bercerita tentang hadits mengenai dirinya ketika beliau tidak ikut (berperang) bersama Rasulullah SAW. Lalu beliau menuturkan sebuah kisah dan turunnya wahyu tentang diterima taubat dirinya.
Beliau berkata, “Aku masuk ke dalam masjid. Ketika aku masuk Rasulullah sedang dikelilingi oleh para sahabat. Kemudian Thalhah bin Ubaidillah berdiri menghampiriku sambil berjalan mundur, sehingga dia berjabat tangan denganku seraya mengucapkan selamat.
Demi Allah, tidak berdiri menghampiriku seorang laki-laki dari golongan Muhajirin kecuali dia. Abdullah bin Ka’ab bin Malik berkata, “Ka’ab bin Malik tidak pernah melupakan sikap baik Thalhah.” (HR. Bukhari).
Apabila sudah yakin bahwa kebaikan tidak bisa dilupakan, maka sama halnya dengan keburukan. Namun, walau bagaimanapun kita tetap dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam membersihkan bekas keburukan orang lain (rasa dendam) dalam hati kita.
Obat untuk menyembuhkan rasa demdam yaitu dengan memberi maaf dan ampunan kepada orang yang telah membuat hati kita terluka.
Memaafkan memiliki dua keutamaan. Pertama, pahala bagi yang memaafkan. Kedua, mensyukuri Dzat yang telah menempatkan kita pada posisi orang yang memaafkan.
Kesempurnaan memberi maaf ditandai dengan ketulusan, yaitu bersihnya hati dari perasaan dendam.
BACA JUGA: Haruskah Minta Maaf kepada Orang yang Dighibahi?
Selain obat di atas, terdapat obat yang dapat menyembuhkan kita dari perasaan dendam ini, yaitu kesadaran bahwa sifat menyakitkan orang lain terhadap dirinya tiada lain karena dosa pribadinya, atau sebagai kifarat dosa, atau untuk meningkatkan derajat, atau untuk menguji kesabaran diri.
Selain itu, obat yang lebih mujarab daripada semua itu adalah kesadaran bahwa segala sesuatu adalah takdir dari Allah SWT.
Semoga kita mampu melenyapkan perasaan dendam yang ada di dalam hati kita dan mampu memaafkan orang yang berbuat keburukan terhadap kita. []
Sumber: Mengobati Jiwa yang Lelah| Ibnu Al-Jauzy | Mirqat