KEMARIN ke RS, kali ini bukan cuma theraphy tapi juga harus kontrol. Ternyata penuh banget saudara-saudara…. jam 2 siang dokter baru dateng, sementara dokter ini tuh sekali periksa pasien bisa 15-20 menit. Aku udah daftar dari Jumat, itupun dapetnya no 7. Haduuhh jam berapa diperiksa.
Di belakang ada suami istri, mungkin 65-70 tahunan usianya.
“Pulang pak…. pulang,” rengek istrinya.
“Udah jauh-jauh ke sini, masa pulang…nanti gak sembuh-sembuh,” bujuk suaminya.
BACA JUGA:Â Yang Paling Dekat Adalah Kematian
“No 48 pak, gak akan sempet nyiapin apak buka puasa,” rengek istrinya lagi.
“Ya udah… kita buka puasa di sini aja, sekali-sekali buka puasa di luar gak diganggu anak cucu,” bujuk bapaknya lagi.
Istrinya merengek makin jadi, kali ini setengah terisak.
“Gak pak, pulang… amak mau siapin buka buat apak, nanti kalau besok-besok amak gak bisa nyiapin buka lagi buat apak gimana?” rengeknya terus.
“Apak nanti siapkan buka buat amak, amak harus sehat. Kalau amak gak sehat, apak sama siapa? katanya sayang sama Apak?”
Ihhhh so sweat banget, ibu yang manja, suami yang penyabar luar biasa.
Aku mendekat ke perawat. Mba, nomor saya boleh diganti gak? biar ibu sama bapak itu aja duluan. Kasihan sudah tua, lagi puasa.” kataku.
Mba perawat melihat pada mereka. “No 4 cancel bu… no 5 sama 6 belum registri ulang, ibu diloncat gak papa?” tanya mba perawatnya…
Ternyengir doong… “Tadinya dituker ke 48 aja mau, masa mau diloncat 1 aja gak mau…mba cantiknya kelewatan niih,” kataku di sambut cekikikan si mba…
“Siaaap buuu!” jawabnya riang…
“Bapaaaak…. ibunya ditensi dulu yuuk udah itu abis ini masuk yaaa….” kata mba perawat.
Bapak dan ibu itu kebingungan… “Kita nomor 48,” kata bapaknya yang berakibat pandangan tak sedap di sekeliling menatap ke mereka.
BACA JUGA:Â Ikan Cupang, Julid, dan Kebahagiaan
“Salah saya…. maap, bapak nomor 4,” kata perawatnya.
“Wahhhh… mba nih… istri saya tadi udah nangis,” kata suaminya sambil membelai kepala istrinya yang duduk sambil ditensi.
“Iyaaa paaak, maap saya emang suka salaaaah,” kata perawatnya sambil senyum mengangguk padaku.
Hmmmm… kadang memperjuangkan kebahagiaan orang lain itu sesederhana itu aja. Semoga amak apak sehat terus dan bahagia. Tapi sejujurnya hatiku iri melihat mereka… []