Oleh: Afif Fiyo
afiffiyo@gmail.com
ALLAH SWT mengutamakan seorang hamba dari hamba-hambanya untuk menyebarkan risalah-Nya. Allah SWT memilih Jibril dari malaikat-malaikat lainnya untuk dijadikan pengantar wahyu-Nya. Allah SWT memilih Nabi Muhammad SAW dari Nabi dan Rasul yang berbilang jumlahnya sebagai utusan penutup risalah-Nya.
Allah SWT memilih buraq dari makhluk lainnya sebagai tunggangan Nabi-Nya. Allah memilih Jumat dari hari-hari lainnya sebagai hari teragung umat terbaik-Nya. Begitulah, Allah SWT memilih dan mengutamakan satu diantara makhluk-makhluknya.
Hal ini menjadi pelajaran bagi hamba yang beriman untuk mengutamakan apa yang Allah SWT utamakan, menyukai apa yang Allah sukai, meridhai apa yang Allah SWT ridhai, sehingga menjadi dorongan untuk mengerahkan konsekuensi dari keutamaan yang telah Allah SWT berikan.
BACA JUGA: Ramadhan Bulan Alquran
Ramadhan datang mengetuk setiap hati orang yang beriman. Dan kini sudah menyapa kita dengan keberkahan hari-harinya. Bulan yang Allah SWT pilih dari bulan-bulan lainnya dengan berbagai keutamaan yang ada didalamnya. Ialah bulan puasa (Syahru ash Shiyâm), ialah bulan ampunan (Syahru al Ghufrân), ialah bulan taubat (Syahru at Taubah), ialan bulan kemenangan (Syahru an Nashr), ialah bulan kemerdekaan (Syahru al ‘Itq), dan ialah bulan Al Quran ( Syahr Al Qurân). Ialah yang memanggil kita dengan seruannya, “ Wahai pencari kebaikan, datangilah… wahai penuntut keburukan, urungkanlah.”
Lika-liku kehidupan dunia terkadang menyita pikiran dari totalitas seorang hamba untuk mengabdi kepada Sang Pencipta. Dinamika sosial dalam masyarakat mengakibatkan emosi yang berubah-ubah. Kadang memancing kesenangan yang melenakan, atau membawa kesedihan yang melalaikan.
Merupakan rahmat dan nikmat yang begitu besar, Allah SWT mengaruniakan bulan Ramadhan dengan keutamaan-keutamaan yang tidak dimiliki bulan lainnya untuk menarik perhatian hamba-Nya yang beriman.
Maka tak heran, potret sejarah generasi salaf sangat memuliakan bulan ini. Dan sebaik-baik teladan, Nabi kita Muhammad SAW, telah memberikan kita permisalan istimewa sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Abbas RA bahwa Jibril AS menemuinya setiap malam bulan Ramadhan untuk mengajarkan Al-Quran.
Maka bulan Ramadhan tak ubahnya adalah sebuah madrasah singkat. Madrasah yang mengingatkan orang-orang mukmin akan kedudukannya sebagai seorang hamba. Madrasah yang menyadarkan umat islam akan tugasnya di muka bumi. Madrasah yang membangunkan umat dari kesilauan dunia yang fana. Hingga, Ramadhan pun mengajari kita…
Ramadhan mengajari kita suatu hal yang sederhana
Suatu hal yang jamak diketahui kaum yang beriman dari anak kecil hingga dewasa. Akan tetapi, walau demikian ia begitu susah untuk dihadirkan dalam hati terkecuali bagi mereka yang mendapat rahmat-Nya. Ialah rasa diri akan pengawasan Allah SWT.
Ya, sungguh Allah SWT maha melihat lagi maha mengetahui. Tak luput dari-Nya sesuatupun di alam raya ini. Inilah salah satu dari buah keimanan hakiki. Inilah salah satu yang diwasiatkan seorang hamba yang shalih, Lukman al Hakim kepada anaknya.
Ramadhan dengan keistimewaannya sebagai bulan puasa, mengingatkan kita akan hal yang sederhana namun terlalaikan ini. Bagaimana kita menahan diri dari makan dan minum walau semua itu tersedia di depan mata kita.
Bagaimana seorang mukmin dituntut menahan diri dari nafsu walau istri telah dihalalkannya. Tak lain, semua itu adalah wujud dari keimanan kita akan pengawasan Allah SWT. Olehnya, terkait keistimewaan ibadah puasa ini Allah SWT dalam hadis qudsi berfirman:
كل عمل ابن آدم له إلا الصيام هو لي وأنا أجزي به يدع طعامه وشهوته من أجلي ، للصائم فرحتان : فرحة عند فطره ، وفرحة عند لقاء ربه ولخلوف فيه أطيب عند الله من ريح المسك الصوم جنة…
“Setiap amalan anak adam adalah miliknya kecuali puasa, ia adalah milik-Ku, dan dengannya Aku akan memberi balasan, ia meninggalkan makanan dan nafsunya karena-Ku. Bagi orang berpuasa dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu Rabbnya. Dan sungguh bau mulutnya lebih harum di sisi Allah dari harumnya misk. Puasa adalah tameng (penjaga).“ (Muttafaqun alaih)
BACA JUGA: Puasa Ramadhan, Hindari 5 Hal Ini
Ibnu al Qayyim al Jauziyyah dengan indah menggambarkan keistimewaan ibadah puasa ini. “Adapun puasa,” katanya dalam Miftâh Dâr as Sa’âdah, “maka cukuplah bagimu bahwa ia adalah ibadah yang mengekang jiwa dari nafsunya, mengeluarkannya dari keserupaan binatang menuju keserupaan dengan malaikat. Sesungguhnya jiwa itu apabila dikosongkan bersama nafsunya maka akan terlekat padanya alam binatang, sebaliknya jika jiwa dikekang dan dipersempit gerak syetan maka ia menjadi dekat dari Allah SWT dengan cara meninggalkan kebiasaan dan nafsunya atas dasar kecintaan kepada-Nya, mengutamakan keridhaan-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya.”
Kedekatan kedudukan kita di hadapan Allah SWT tentu saja bergantung sejauh mana hati kita merasakan pengawasan-Nya, sejauh mana hati kita mengingat-Nya. Sebagaimana firman Allah:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Al Baqarah – 152)
Dan di bulan Ramadhan kita melihat fenomena yang begitu indah. Begitu indah ketika setiap mukmin bersama-sama berlomba-lomba melakukan kebaikan. Begitu mengesankan ketika setiap muslim bersama-sama berpacu dalam ketaatan terhadap Rabb semesta alam.
Sebuah fenomena yang menyiratkan kesatuan dan keutuhan umat mukmin untuk menjalankan perintah-Nya. Maka kita melihat diantara mereka yang berlomba-lomba memberikan sedekah untuk berbuka puasa atau untuk sahur baik itu di masjid atau di posko-posko yang bertebaran di jalanan. Mereka terilhami dengan sabda sang Penyebar risalah;
عن زيد بن خالد الجُهَنِيِّ – رضي الله عنه – ، عن النبي – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( مَنْ فَطَّرَ صَائِماً ، كَانَ لَهُ مِثْلُ أجْرِهِ ، غَيْرَ أنَّهُ لاَ يُنْقَصُ مِنْ أجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ ))
Dari Zaid bin Khalid al Juhani RA, dari Nabi SAW bersabda: “ Barangsiapa yang memberikan buka orang yang berpuasa, maka baginya pahala sebagaimana pahalanya (orang yang berpuasa), sedikitpun tidak mengurangi pahala orang yang berpuasa.” (HR. At Tirmidzi)
Maka kita juga melihat di antara mereka yang begitu dekat dengan kalamullah. Mereka melantunkannya pagi dan petang. Mereka menghafalkannya. Mereka terinspirasi dengan tuntunan Nabi tercinta SAW, sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Abbas RA bahwa Jibril AS menemuinya setiap malam bulan Ramadhan untuk mengajarkan Al-Quran.
BACA JUGA: Amalkan Doa Ini di Sepuluh Terakhir Ramadhan
Mereka tergerak dengan firman Rabb semesta alam;
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (Al Baqarah 185)
Maka di bulan ini, kita juga melihat di antara mereka yang dengan sabar menahan rasa lelah dan kantuk untuk menunaikan shalat tarawih atau bahkan di tambah dengan shalat tahajud berjamaah. Hati mereka terbetik dengan sabda Rasul SAW;
عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ( من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه(
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Barangsiapa yang bangun melakukan Qiyâmul lail di bulan Ramadhan disertai dengan iman dan penuh harap, niscaya terampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (muttafaqun ‘alaih)
Dan di bulan mulia ini kita juga melihat di antara mereka yang rela meninggalkan rumah dengan segala yang ada di dalamnya, untuk pergi ke masjid. Beri’tikaf di sepuluh malam terakhir mencari ridha Allah SWT serta mengharap mendapat keutamaan lailatul qadr.
Bersimpuh di hadapan Rabbnya. Memanjatkan doa-doa kepada-Nya. Bertaubat akan diri yang berlumur dosa. Meminta ampunan kepada Dzat Yang Maha Pengampun. Hati mereka tersentuh dengan firman Allah SWT;
“1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan
2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.”
BACA JUGA: Di Akhir Ramadhan, Coba Lakukan 4 Hal Ini
Jiwa mereka tercelup oleh sabda Nabi SAW;
عن أبي هريرة رضي الله عنه : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه)
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW bersabda; “Barangsiapa yang bangun Qiyâmul Lail pada malam lailatul qadr dengan keimanan dan penuh harap, niscaya terampuni dosa-dosa yang telah lalu.” (HR. Al Bukhari)
Oleh karena itu, seyogyanya seorang mukmin berharap untuk lulus dari madrasah ini dengan menyandang predikat taqwa. Karena dengan taqwa lah kebaikan dan keburukan menjadi terbedakan. Dengan taqwa segala kesulitan akan mendapat pintu keluar.
Dan dengan taqwa Allah SWT akan menebarkan rizqi-Nya dari arah yang tiada disangka-sangka. Semoga kita dimasukkan oleh Allah SWT melalui ramadhan yang kita lalui ini ke dalam golongan mereka yang bertaqwa. Âamîin. []