Sesungguhnya ada sangat banyak sumber motivasi yang bisa menjadi energi untuk mempertahankan keutuhan dan keharmonisan keluarga anda.
Masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam seberapa besar kemampuan mempertahankan keutuhan keluarga. Di antaranya adalah hal-hal berikut ini.
BACA JUGA: 3 Kunci Bahagia Sehidup Sesurga bersama Keluarga
1 Memori Indah Kebersamaan
Menjalani hidup dalam masa yang panjang dengan orang yang sama, memerlukan seni untuk menciptakan keindahannya. Pasangan suami istri telah terikat oleh akad yang sangat kuat atas nama Allah, disahkan oleh agama dan hukum negara.
Mereka akan menjalani hidup bersama dalam rumah tangga untuk waktu yang tidak ada batasnya. Sepanjang usia mereka masing-masing.
Jika tidak pandai untuk menciptakan keindahan dalam sepanjang hidup berumah tangga, akan mudah mengalami kebosanan, kelelahan, kehambaran dan kejenuhan.
Oleh karena itu, hendaknya pasangan suami istri pandai menciptakan momentum indah bersama, momentum romantis berdua, dan momentum yang sangat mengesankan dalam kehidupan mereka.
Sekedar berjalan-jalan di kota berdua, atau duduk di taman menikmati suasana, atau bertamasya ke pantai atau hutan, merupakan pilihan yang bisa membuat suasana bahagia dan mengesankan.
Hal apa yang membahagiakan anda berdua bisa berbeda-beda untuk satu pasangan dengan pasangan yang lainnya. Namun intinya adalah : ciptakan sebanyak mungkin momentum keindahan dan momentum romantis bersama pasangan.
Tidak terlalu penting dimana momentum itu diciptakan, karena yang lebih penting adalah kemampuan untuk menikmati momentum itu bersama pasangan, dan merasakan kebahagiaan serta keceriaan bersama pasangan.
Lakukan berbagai hal untuk memanjakan dan membahagiakan pasangan, sehingga pada momentum tersebut anda berdua benar-benar berada dalam suasana yang sangat bahagia dan menyimpan memori keindahan yang sangat dalam.
Semakin banyak memori keindahan dan memori romantis anda ciptakan, akan semakin banyak cara bagi anda berdua untuk memanggilnya kembali dalam sepanjang perjalanan kehidupan anda.
Kelak anda akan merasakan manfaat yang sangat besar, ketika perjalanan keluarga anda sudah mulai memasuki tahun kesepuluh, apalagiu tahun keduapuluh dan seterusnya.
Anda akan mengerti betapa pentingnya menciptakan memori keindahan dan memori romantis bersama pasangan, justru saat anda mulai menemukan titik-titik kejenuhan dan kelelahan hidup berumah tangga.
Melewati waktu yang panjang bersama pasangan, di tengah berbagai kesibukan mengurus anak, menjalani profesi, mencari nafkah, menjalankan organisasi, bermasyarakat dan lain sebagainya, bisa membuat kejenuhan dan kelelahan.
Cinta yang dulu sedemikian kuat dan membara, perlahan bisa meredup bahkan hilang sirna di telan masa. Kata-kata mesra yang dulu demikian mudah terucap, bisa hilang dan tidak pernah terdengar lagi dalam hidup berumah tangga.
Semua berjalan serba rutin dan mekanis, seperti mesin atau robot yang tidak memiliki hati dan jiwa seni. Mengalir tanpa arah, hingga akhirnya merasa lelah dan ingin berhenti untuk menepi.
Di saat seperti itu, panggillah satu per satu memori indah dan memori romantis bersama pasangan. Anda bisa mengulanginya lagi. Kini anda kencan pacaran dengan pasangan.
Melakukan hal yang sama, di tempat yang sama, dengan sarana yang sama, namun dalam suasana dan kondisi yang sangat berbeda. Dulu anda berdua masih muda belia, berlarian di pantai hingga senja tiba. Anda bergandengan tangan menyusui tepi pantai, seakan tiada lelahnya. Anda berpelukan sembari menatap matahari yang turun ke peraduannya.
Kini anda sudah lebih tua. Kenangan itu masih kuat anda ingat. Anda kembali bergandengan tangan, menyusuri pantai, bercerita berdua sambilo mengenang masa-masa muda.
Mungkin bahkan rambut anda sudah memutih kini. Mungkin kulit anda mulai berkeriput saat ini. Namun Anda berdua bisa berpelukan lagi, sembari menatap matahari yang mulai tenggelam. Kenangan itu anda abadikan dengan selfie.
Anda bisa membandingkan foto saat ini dengan sepuluh atau bahkan duapuluh tahun silam.
2 Posisi Sosial dan Beban Moral
Cobalah anda renungkan posisi diri anda, di tengah keluarga besar, di masyarakat, di kantor tempat anda bekerja, bahkan dalam rumah tangga anda sendiri. Sudah barang tentu sebagai suami atau isteri, anda menempati posisi sentral, tempat bergantungnya segala kebaikan.
Apakah tega anda mengecewakan ribuan sorot mata yang mengarah kepada anda?
Ada beban moral bagi anda, sebagai seseorang yang dipercaya dan mendapatkan harapan untuk menjadi contoh teladan dalam kehidupan.
Mungkin anda orang biasa saja, bukan pemimpin, bukan atasan, akan tetapi bukan berarti anda tidak menjadi contoh teladan dalam posisi seperti itu. Minimal, anda adalah teladan bagi anak-anak dan kerabat dekat anda.
Apabila bahtera rumah tangga anda dilanda bencana permasalahan yang menyebabkan kehancuran, bayangkan, betapa kecewa ayah ibu anda, anak-anak, adik dan kakak anda. Semua kecewa.
Sulit bagi anda untuk melepaskan diri dari beban moral seperti ini. Mungkin rasanya memang membebani, tetapi sesungguhnya ia merupakan salah satu bahan bakar yang efektif untuk memperbesar nyala lentera motivasi anda.
Cobalah anda perhatikan, seseorang bisa memenangkan perlombaan lari, semata-mata karena merasa malu kalau kalah. Seseorang bersedia belajar giat demi sukses ujian, karena malu kalau sampai gagal.
Seorang gadis bersedia mengeluarkan biaya besar untuk operasi plastik, karena malu wajahnya dipenuhi jerawat. Nah, sekedar beban moral bernama “malu”, mampu memperbesar nyala lentera motivasi seseorang.
Tentu saja, masalahnya bagi anda bukan sekedar malu kalau sampai terlihat keluarga anda tidak harmonis. Lebih dari itu, beban moral tersebut terkait dengan masa depan yang lebih panjang. Masa depan anak-anak, sangat dipengaruhi oleh suasana yang mereka dapatkan dalam rumah tangga.
Apabila suasana rumah tangga dipenuhi cinta dan kasih sayang, niscaya berbagai potensi kebaikan akan teroptimalkan. Sebaliknya, apabila suasana rumah dipenuhi oleh amarah dan permusuhan, anak-anak akan mendapatkan trauma yang membuat potensi mereka tidak teroptimalkan.
Jadikan beban moral tersebut sebagai pembakar nyala lentera motivasi anda.
3 Masa Depan Anak
Penelope Leach, seorang psikolog, menyatakan bahwa ada dampak yang sangat besar dalam sebuah perceraian. Ketika anak-anak masih kecil, pemikiran mereka belum cukup berkembang untuk memahami mengapa orang tua mereka berpisah dan mengapa mereka harus memilih untuk ikut ayah atau ibu.
Menurut Leach, anak-anak selalu berpikir, perpisahan itu adalah kesalahan mereka. Anak-anak cenderung menyalahkan diri mereka atas perceraian orang tuanya.
Jika perasaan bersalah ini tertanam dan terbawa hingga dewasa, akan menjadi gangguan tersendiri dalam kehidupan mereka. Anak-anak yang pada dasarnya tidak bersalah atas perceraian itu, ikut menanggung beban berat akibat perceraian orang tua.
Dalam batas tertentu, bahkan mereka bisa menghukum diri sendiri atas perasaan bersalah tersebut. Hal ini semakin buruk bagikehidupan anak-anak.
Sangat banyak jeritan hati anak-anak yang menjadi korban perceraian orang tua mereka.
Trauma berkepanjangan bisa dirasakan anak yang menjadi korban perceraian orang tua mereka. Pada anak perempuan, mereka takut bahwa ketika menikah akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan ibu mereka.
Anak-anak ini khawatir bahwa semua laki-laki jahat, seperti bapak mereka. Pada anak laki-laki, mereka menjadi kehilangan figur yang bisa dipercaya. Mereka kehilangan pegangan dan contoh teladan dalam kehidupan.
Ayah dan ibu yang sangat dibanggakan dan diidolakan oleh anak-anak, tiba-tiba menjadi sosok yang tidak ramah bagi mereka. Apalagi pada anak remaja yang mengikuti proses persidangan cerai orang tua mereka, suasana persidangan yang saling melontarkan sisi kesalahan pasangan akan semakin melukai anak-anak.
Sangat dalam membakas pada anak-anak itu, saat ayah dan ibu mereka menyatakan berbagai kesalahan dan kekurangan pasangan di persidangan. Sesuatu yang mereka sama sekali tidak ingin mendengarkannya.
4 Nasihat dan Pengingatan
Siapapun memerlukan nasihat. Tidak ada orang yang tidak memerlukan nasihat. Bahkan Rasulullah SAW menggambarkan agama sebagai nasihat.
Dari Abi Ruqayah Tamim bin Aus Addary radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Nabi shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Agama itu nasihat”. Kami bertanya, “Bagi siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitabNya, rasulNya dan bagi Imam kaum muslimin serta seluruh mereka” (Riwayat Muslim).
Jangan menyalahartikan nasihat, bahwa seakan-akan yang meminta nasihat hanyalah orang yang bermasalah, dan seseorang dinasihati karena ada kesalahan. Nasihat itu mengingatkan, menyegarkan, mencerdaskan, mencerahkan dan menyejukkan.
Kaum muslimin setiap kali melaksanakan shalat Jumat senantiasa mendengarkan nasihat dari para khathib agar mereka bertaqwa kepada Allah. Demikianlah nasihat menjadi tradisi di kalangan masyarakat beriman, bahkan menjadi salah satu ciri orang yang tidak merugi:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (Al Ashr: 1-3).
Apabila kita menyiapkan diri untuk menerima nasihat, sungguh akan banyak hal baru kita dapatkan. Seringkali nasihat itu berulang dari segi isi, kendati demikian tetap memberikan manfaat, justru karena manusia memiliki sifat lalai dan lupa.
Untuk itu jangan sungkan meminta nasihat kepada orang lain yang dipercaya kebaikan mereka. Tidak mesti kepada konsultan keluarga, psikolog, orang tua atau ulama. Bahkan kepada teman dekat anda, kepada pasangan hidup anda, dan anak-anak anda. Mereka semua bisa memberikan kontribusi pengingatan kepada kita.
Yang menjadi masalah justru apabila masing-masing pihak sudah tidak mau menerima nasihat orang lain. Benteng keangkuhan diri telah dibangun sedemikian kuat, dengan bersikukuh tidak mau mendengarkan pendapat dan masukan apapun.
BACA JUGA: Inilah 7 Ciri Rumah Ideal Keluarga Muslim
Sikap seperti ini menandakan tidak ada kemauan untuk islah. Cobalah anda berdua sesekali waktu sialturahim kepada orang-orang yang anda percaya kebaikannya, untuk mendapatkan pencerahan.
Demikianlah delapan sumber motivasi yang bisa anda gunakan untuk menjaga keutuhan, keharmonisan dan kebahagiaan hidup berumah tangga bersama pasangan tercinta. Kendati hidup berumah tangga kadang harus melalui masa-masa berat, bertahanlah. Gunakan delapan sumber motivasi ini untuk bertahan dan terus bertahan dalam kebaikan. []
SUMBER: PAKCAH