JILBAB kini sudah tak asing lagi di industri fashion, baik lokal maupun internasional. Beberapa lini fashion dan mode bahkan telah meluncurkan desian jilbabnya sendiri. Namun, di beberapa negara akses untuk mendapatkan produk jilbab masih terbatas. Sebab, tidak semua supermarket atau departement store menjualnya.
Alhamdulillah, baru-baru ini, Hilal Ibrahim, seorang muslimah dari Minneapolis, Amerika Serikat (AS), mencetak sejarah setelah bermitra dengan Nordstom, retail mode besar di AS, untuk meluncurkan lini pertama desain hijabnya di department store.
“’Sekarang waktunya.’ Itu moto perusahaan kami,” kata Ibrahim kepada minnesota.cbslocal. “Ini adalah momen yang surealis, seolah-olah ini benar-benar terjadi.”
Ibrahim adalah pendiri Henna & Hijabs, sebuah butik yang mengkhususkan diri menjual henna organik dan jilbab buatan tangan, pada tahun 2017. Usahanya dilakukan agar jilbab lebih mudah diakses oleh wanita Muslim di AS.
Pada akhir 2019, ia membuat koleksi jilbab untuk pasien dan staf di Rumah Sakit Methodist di St. Louis Park—rumah sakit pertama di negara itu yang memasukan jilbab di toko souvenir mereka.
Beberapa bulan kemudian, pandemi Covid-19 melanda negara itu, dan permintaan hijab kelas rumah sakit Hilal meledak. Dia menyumbangkan 700 jilbab ke rumah sakit di seluruh negara bagian, termasuk Mayo Clinic.
Awal pekan ini, hijabnya memulai debut di 16 toko Nordstrom, termasuk di Mall of America di Bloomington.
BACA JUGA: Sarah Musa, Desainer Cantik, Selama 16 Tahun Tetap Jaga Jilbabnya di Amerika
“Jika saya akan membeli jilbab, saya harus pergi ke mal Somalia tertentu di Minneapolis, tapi saya tinggal jauh-jauh di Fridley,” kata Sahra Mohamed, teman Ibrahim.
Peluncuran jilbab ini penting untuk representasi. Nantinya beberapa manekin Nordstrom akan mengenakan jilbab untuk pertama kalinya.
“Ini memberi tahu jutaan wanita yang terlihat seperti saya dan ratusan gadis muda bahwa mereka juga terlihat seperti orang-orang di toko ini dan mereka pantas berada di sini,” kata Ibrahim.
BACA JUGA: Inilah Sederet Artis yang Terjun ke Dunia Fashion Muslim
Nordstrom pun merilis pernyataan tentang kolaborasinya dengan jilbab yang didesain Ibrahim itu:
“Kami telah lama percaya bahwa kami semua dibuat lebih baik oleh keragaman yang ada dalam komunitas kami. Nilai-nilai kami berpusat pada gagasan untuk menciptakan tempat di mana setiap pelanggan dan karyawan diterima, dihormati, dihargai, dan mampu menjadi diri mereka sendiri.
Kami telah banyak mendengarkan, dan kami memilih untuk memprioritaskan umpan balik yang paling sering kami dengar dari karyawan, pelanggan, mitra, dan komunitas kami. Kemitraan dengan Henna & Hijabs ini memungkinkan kami untuk memperkenalkan koleksi jilbab, yang dirancang khusus untuk wanita Muslim, tetapi dapat dikenakan untuk individu dengan berbagai latar belakang dalam sejumlah gaya. Kami berharap jilbab akan membantu kami memberikan berbagai produk yang lebih inklusif untuk pelanggan kami.”
BACA JUGA: Jilbab sebagai Identitas Diri Seorang Muslimah
Islam melihat jilbab sebagai kode wajib berpakaian, bukan simbol agama yang menunjukkan afiliasi seseorang. Bagi wanita Muslim, keyakinan dan nilai agama menentukan cara mereka menyusun dan mendekati kehidupan mereka.
Menurut Islamic Fashion Design Council ( IFDC ), Muslim menghabiskan sekitar $322 miliar untuk fashion pada 2018. Industri fashion hijab bisa mencapai $488 miliar tahun ini, WHYY melaporkan.
Lini fashion dan retail mode internasional non-Muslim bahkan telah mencoba memasuki ceruk pasar muslim dengan merilis jilbab dan pakaian yang dapat dikenakan oleh muslim. Misalnya, label kelas atas Dolce & Gabbana yang baru-baru ini merilis koleksi jilbab dan abaya terkoordinasi untuk wanita Muslim. []
SUMBER: ABOUT ISLAM | CBS LOCAL