TERM “Islam Nusantara” ada dua makna. Yang satu positif, bagus, ma’ruf. Yang satu lagi, batil dan munkar. Saya beberapa tahun lalu pernah menulis artikel panjang tentang ini.
Yang baik, fokus “Islam Nusantara”-nya adalah menggali karya dan pemikiran para ulama Nusantara dan mengenalkannya pada dunia.
Hasilnya, banyaknya karya-karya ulama Nusantara yang diterbitkan secara serius belakangan ini, dengan tahqiq dan kualitas cetak kitab yang bagus.
BACA JUGA:Â Ini Kata KH Ma’ruf Amin soal Islam Nusantara
Yang termasuk baik juga, pengkajian fiqih dengan memperhatikan ‘urf dan kekhususan Nusantara, pada perkara-perkara yang mutaghayyirat. Ini sudah dilakukan para ulama Nusantara sejak dulu, dan terus berlaku sampai sekarang.
Yang batil, kepedean sebagian orang, bahwa Islam Nusantara itu lebih baik dari Islam Arab. Ungkapan ini, dengan keumuman dan kemutlakannya, terlalu ambigu.
Dulu saya pernah membuat tulisan tentang ambigunya pemahaman ini. Apalagi kemudian, oleh sebagian tokoh, sampai menganulir sebagian bab fiqih yang disepakati ulama, hanya karena itu dianggap bias Arab atau kearab-araban.
BACA JUGA:Â Ramadhan di Masa Kesultanan Islam Nusantara
Pada bagian yang batil ini, pengusung “Islam Nusantara” garis semrawut ini, bekerjasama dengan kalangan sekuler, liberal, rahayu, dan semisalnya, yang sama-sama membenci “Islam Arab”.
Sayangnya, saya melihat baik pihak yang pro “Islam Nusantara” maupun yang kontra, banyak yang tidak berusaha memilah dua thariqah yang sangat berbeda ini. Yang membela, seakan membela keduanya. Yang menolak, main pukul rata. []
Facebook: Muhammad Abduh Negara