PADA 3 Juni 624 atau 10 Dzulhijah tahun kedua hijriah, Rasulullah ﷺ merayakan Idul Adha pertama setelah kembali ke Madinah dari pertempuran melawan Bani Qainuqa’. Beliau merayakan Idul Adha dengan menyembelih hewan qurban bersama para sahabat.
Beliau ﷺ juga mengundang orang-orang ke mushala dan memimpin shalat Idul Adha. Itu merupakan shalat Idul Adha pertama Rasulullah bersama kaum muslimin.
Pada hari besar tersebut, beliau menyembelih dua ekor kambing dengan tangan beliau sendiri. Menurut pendapat sebagian ulama, beliau ﷺ menyembelih satu ekor kambing.
BACA JUGA: Mengapa Idul Adha Begitu Istimewa? Ini 5 Alasannya
Al-Waqidi menuturkan dari Muhammad bin Al-Fadhl, salah seorang keturunan Rafi’ bin Khadij, dari Abu Mubasysyir yang berkata, “Aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata, ‘Ketika kami kembali setelah berperang dengan Bani Qainuqa’, kami merayakan Hari Raya qurban pada 10 Dzulhijah. Ini adalah Idul Adha pertama yang disaksikan oleh kaum muslimin. Kami melaksanakan kurban di wilayah Bani Salimah, dan sejumlah tujuh belas hewan kurban disembelih di sana.”
Dalam kitab hadits Shahih Imam Bukhari dijelaskan, Rasulullah melaksanakan sholat Idul Adha terlebih dahulu sebelum melaksanakan qurban.
Rasulullah shalat berjamaah di tanah lapang milik sahabat bernama Hakim bin al-Ada.
Rasulullah berangkat shalat melalui rumah-rumah kayu dan pulang melewati jalan yang berbeda, di mana ada rumah Amr bin Yasir. Hal tersebut dilakukan Nabi Muhammad ﷺ untuk memperluas syiar Islam.
BACA JUGA: Unik, Ini Tradisi Idul Adha di Berbagai Belahan Dunia
Ahli Hadits Ibnu Majah meriwayatkan, setelah sholat Idul Adha, Rasulullah menyembelih hewan qurban yang pertama. Beliau menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih hitam dan bertanduk.
Dikutip dari Khazanah Pikiran Rakyat, perintah melaksanakan penyembelihan qurban diterima dan mulai dilaksanakan pada tahun ke-2 Hijriah atau tepatnya 624 Masehi. Tahun yang sama di mana umat Islam juga mendapat perintah untuk berpuasa di bulan Ramadhan.
Pada tahun tersebut, karena pemerintahan Islam di Madinah baru memasuki tahun ke-2, banyak tantangan yang diterima Rasulullah dan umatnya.
Di bulan Ramadhan terjadi Perang Badar. Kemudian di bulan Syawal ada konflik dengan kaum Yahudi. Jadi, menurut ath-Thabari dalam Tarikh al-Umam wa ar-Rusul wa al-Muluk, momentum Idul Adha dijadikan sebagai saat umat Islam bersuka cita dan bersyukur, meski kondisi masih sulit. Hal ini juga menunjukkan kekuatan Islam. []
Referensi: Muhammad di Makkah dan Madinah/Karya: Ath-Thabari/Penerbit: IRCiSoD/Tahun: 2019