ABU ‘Abdullah bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardabazbah al-Ju’fiy atau lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari merupakan penyusun kitab monumental Shahih Bukhari. Beliau dilahirkan pada hari Jumat setelah ‘ashar pada tanggal 13 Syawal tahun 194 H (21 Juli 810 M).
Imam Bukhari kecil terkenal sebagai anak yang sangat terobsesi dengan keilmuan. Bahkan beliau telah sibuk menghafalkan hadits sejak belum berusia 10 tahun di mana anak seusianya masih sibuk bermain. Ketika beliau berusia 16 tahun, banyak ahli hadits di daerahnya yang menyimakkan haditsnya ke Imam Bukhari.
Di usia 16 tahun, beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti “al-Mubarak” dan “al-Waki”. Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara.
Pada usia 16 tahun pula, Imam Bukhari dan keluarga berkunjung ke Mekkah dan Madinah, untuk mengikuti kuliah guru-guru ahli hadits di sana. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya “Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien” (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).
Daya ingat Imam Bukhari dianggap mempunyai kelebihan di banding lainnya, karena setelah menyelesaikan membaca sebuah hadits, beliau dapat segera mengulanginya secara lisan. Diketahui bahwa di masa kecilnya ia telah hafal 2000 hadits.
BACA JUGA: Imam Bukhari, Sang Pencetus Sistem Otentikasi Hadits
Ketertarikannya kepada hadits, membawa dia untuk melakukan perjalanan ilmiah sangat panjang, di antara daerah yang disinggahinya adalah Baroh, Misr, Hijaz, Kufah, Baghdad dan lainnya. Di dalam perjalanan panjangnya, ia menemui guru-guru yang hebat, antara lain:
Guru-gurur Imam Bukhari
1. Ahmad bin Hambal di Baghdad
2. Muhammad bun ‘Isa al-Toba’ di Baghdad
3. Abu ‘Abdirrohman al-Muqri’ di Makkah
4. Sa’id bin Abi Maryam di Mesir
Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits.
Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.
Kehebatan Imam Bukhari juga dapat dilihat dari murid-muridnya yang setia menemaninya dan menyampaikan hadits-haditsnya, antara lain adalah:
1. Abu ‘Isa al-Turmudzi
2. Abu Hatim
3. Ibrohim bin Ishaq al-Harbiy
4. Abu Bakr bin Abi al-Dunya
5. Abu Bakr Ahmad bin ‘Amr bin Abi ‘Asim
Masalah politik menyebabkan Imam Bukhari pindah ke Khartank, sebuah desa dekat Samarkand, Di sinilah ia menghabiskan bulan Ramadhan dan di bulan Syawal ketika berada di perjalanan menuju Samarkand. Beliau wafat di bulan Syawal 256 H / 870 M, pada usia 62.
Karya-Karya Imam Bukhari
Imam Bukhari adalah manusia hebat, ia meninggalkan banyak sekali kitab yang sangat bermanfaat bagi khazanah keilmuan islam, khususnya bagi murid-muridnya. Yakni orang-orang yang mengikuti jalan keilmuannya, orang yang mengikuti manhajnya. Adapun di antara karya yang ditinggalkannya olehnya adalah:
1. Al-Jami’ al-Sohih atau yang dikenal dengan Shahih Bukhari
2. Al-Adab al-Mufrod
3. Al-Tarikh al-Kabir
4. Qodloya al-Sohabat wa al-Tabi’in wa Aqawilihim
5. Rof’u al-Yadain Fi al-Solat
Latar Belakang Penulisan Kitab Shahih Bukhari
Ada tiga hal yang melatarbelakangi penulisan kitab yang monumental ini, yaitu:
Ketidakpuasan atas metode penulisan-penulisan kitab hadits yang beredar sebelum dan masa ketika Imam Bukhari hidup. Beliau menemukan kitab-kitab yang beredar itu masih mencampur adukan berbagai kualitas hadits tanpa kriteria yang ketat.
BACA JUGA: Imam Bukhari, Hadits dan Sang Ibunda
Saran dari gurunya Ishaq bin Ibrahim al-Handaliy. Gurunya tersebut mengatakan “Alangkah baiknya seandainya kalian menghimpun satu kitab yang ringkas tentang hadits Nabi yang shahih”. Dari ucapan tersebut Imam Bukhari lantas termotivasi untuk mengumpulkan hadits shahih dan menyusunnya.
Pertemuan spiritual antara Imam Bukhari dan Nabi Muhammad dalam mimpinya. Beliau berkata: “Saya bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Saya seperti berdiri di hadapan beliau. Saat itu bertepatan aku memegang kipas yang kemudian aku gunakan untuk mengipasi Nabi Muhammad dengan cara mengipasinya”.
Kemudian beliau bertanya perihal arti mimpi tersebut kepada ahli tafsir mimpi. Ahli tafsir mimpi berkata: “Engkau akan membela Nabi Muhammad SAW dari kedustaan (atas nama Nabi Muhammad SAW)”. Peristiwa inilah yang mendorong Imam Bukhari untuk menulis al-Jami’ al-Sohih yang sekarang dikenal dengan Shahih Bukhari. []