IMAM Abu Hanifah rahimahullah merupakan salah satu dari empat imam madzhab. Beliau memiliki jasa besar dalam penyebaran ilmu-ilmu syar’i yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Namun banyak yang tidak tahu bahwa guru Imam Abu Hanifah berjumlah 4.000 orang. Lalu apa saja fakta Imam Abu Hanifah lainnya?
Imam Abu hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi, mempunyai nama lengkap: Abu Hanifah Al-Nu‟man bin Tsabit bin Zutha Al- Kufi. lahir di Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan.
Beliau diberi gelar Abu Hanifah karena di antara putranya ada yang bernama Hanifah. Menurut kebiasaan, nama anak menjadi nama panggilan bagi ayahnya dengan memakai kata Abu ( bapak / ayah ), sehingga ia dikenal dengan sebutan Abu Hanifah.
Ada lagi satu riwayat yang mengatakan, beliau bergelar Abu Hanifah karena begitu taatnya beribadah kepada Allah, yaitu berasal dari bahasa Arab Haniif yang berarti condong atau cenderung pada yang benar.
Akan tetapi, menurut Yusuf Musa, ia disebut Abu Hanifah karena ia selalu berteman dengan “tinta” (dawat ), dan kata haniif menurut bahasa Arab berarti “tinta”. Abu Hanifah senantiasa membawa tinta guna menulis dan mencatat ilmu pengetahuan yang diperoleh dari teman-teman dan gurunya.
BACA JUGA: Abu Hanifah Kecil Mengalahkan Ulama
Pada mulanya Abu Hanifah gemar mempelajari ilmu qira’at, hadits, nahwu dan ilmu agama lainnya yang berkembang pada masa itu, bahkan iapun mempelajari teologi (ilmu kalam), sehingga ia menjadi salah seorang terpandang dalam ilmu tersebut.
Fakta Imam Abu Hanifah yaitu memiliki ketajaman pemikiran sehingga sanggup menangkis serangan khawarij yang ajarannya sangat ekstrim.
Imam Abu hanifah rahimahullah merupakan orang pertama yang melakukan usaha besar menyederhanakan permasalahan perkara ilmu agama. Beliau menyusun kajian fikih dan mengembangkannya demi kemudahan dan kemaslahatan umat Islam.
Berikut tiga fakta Imam Abu Hanifah yang jarang diketahui:
Fakta Imam Abu Hanifah Pertama: Kelahiran dan Masa Kecilnya
Sebagaimana orang-orang lebih mengenal Imam Syafii daripada nama aslinya yaitu Muhammad bin Idris, jarang juga orang yang tahu bahwa nama Imam Abu Hanifah adalah Nu’man bin Tsabit bin Marzuban, kun-yahnya Abu Hanifah.
Ia adalah putra dari keluarga Persia (bukan orang Arab). Asalnya dari Kota Kabul (ibu kota Afganistan sekarang). Kakeknya, Marzuban, memeluk Islam di masa Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, lalu hijrah dan menetap di Kufah.
Imam Abu Hanifah dilahirkan di Kufah pada tahun 699 M. Ayahnya, Tsabit, adalah seorang pebisnis yang sukses di Kota Kufah, tidak heran kita mengenal Imam Abu Hanifah sebagai seorang pebisnis yang sukses pula mengikuti jejak sang ayah.
Jadi, beliau tumbuh di dalam keluarga yang shaleh dan kaya. Di tengah tekanan peraturan yang represif yang diterapkan gubernur Irak Hajjaj bin Yusuf, Imam Abu Hanifah tetap menjalankan bisnisnya menjual sutra dan pakaian-pakaian lainnya sambil mempelajari ilmu agama.
Fakta Imam Abu Hanifah Kedua: Memulai Belajar
Fakta Imam Abu Hanifah yang kedua yakni kapan dan bagaimana beliau memulai belajar ilmu agama. Sebagaimana kebiasaan orang-orang shalih lainnya, Abu Hanifah juga telah menghafal Alquran sedari kecil. Di masa remaja, Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit mulai menekuni belajar agama dari ulama-ulama terkemuka di Kota Kufah.
BACA JUGA: Imam Abu Hanifah Pernah Tak Makan Kambing selama 7 Tahun
Imam Abu Hanifah sempat berjumpa dengan sembilan atau sepuluh orang sahabat Nabi semisal Anas bin Malik, Sahl bin Sa’d, Jabir bin Abdullah, dll.
Saat berusia 16 tahun, Abu Hanifah pergi dari Kufah menuju Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah ke kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Madinah al-Munawwaroh. Dalam perjalanan ini, ia berguru kepada tokoh tabi’in, Atha bin Abi Rabah, yang merupakan ulama terbaik di kota Mekah.
Fakta Imam Abu Hanifah Ketiga: Jumlah Guru
Fakta Imam Abu Hanifah yang terakhir yaitu soal jumlah guru yang menjadi sumber ilmu beliau. Jumlah guru Imam Abu Hanifah adalah sebanyak 4.000 orang guru. Di antaranya 7 orang dari sahabat Nabi, 93 orang dari kalangan tabi’in, dan sisanya dari kalangan tabi’ at-tabi’in.
Jumlah guru yang demikian banyak tidaklah membuat kita heran karena beliau banyak menempuh perjalanan dan berkunjung ke berbagai kota demi memperoleh ilmu agama.
Beliau menunaikan haji sebanyak 55 kali, pada musim haji para ulama berkumpul di Masjidil Haram menunaikan haji atau untuk berdakwah kepada kaum muslimin yang datang dari berbagai penjuru negeri. []