ALDO baru saja tiba di sekolah. Tak lama setelah menyimpan tas, ia segera mencari saya.
“Ummi, tolong telefon Ayah,” dengan suara yang agak memelas ia berbicara kepada saya, gurunya. Di sekolah kami, murid memanggil sebagian perempuan dengan sebutan ‘Ummi’.
“Aldo ada perlu apa sama Ayah? Silahkan bicara supaya Ummi tahu,” tukas saya.
“Aku mau BAB (Buang Air Besar), cepet ya telefon Ayah,” serunya.
“Kenapa telefon Ayah, nanti Ummi bisa bantu Aldo untuk bersih-bersihnya. Di sekolah juga ada toilet, bersih lho,” saya berusaha menjelaskan.
Anak itu terdiam. Tidak merespons.
“Bersih-bersihnya mau sama ayah?” saya kembali bertanya.
Ia hanya menggelengkan kepala tak jelas.
“Tidak usah malu, nanti Ummi bantu kok,” tutur saya lagi.
“Nggak mau, cepet telefon Ayah,” serunya seraya berkaca-kaca menahan tangis. Akhirnya saya menelpon ayah Aldo agar menjemputnya.
30 menit kemudian Aldo pun kembali ke sekolah dengan muka semringah.
Saya segera menghampiri tante yang mengantar Aldo kembali. Kemudian bertanya, “Apakah Aldo sakit? Kok tiba-tiba minta dijemput Ayah karena mau buang air besar?”
“Oh itu ya, memang sekarang Aldo begitu, kemarin saya bawa ke rumah mertua, tiba-tiba nangis minta pulang, setelah ditanya mau BAB. Akhirnya bertamu belum lama kami pun pulang. Ketika jalan-jalan pun begitu, padahal dengan ayah dan bunda perginya, pergi ke mall sekeluarga pas mau buang air nangis minta pulang,” tukas tantenya.
“Lho, apa yang terjadi?” saya terheran-heran.
BACA JUGA:
Karena Nasihat Anak Kecil, Ulama Ini Menangis
Abi Tak Boleh Kerja!
“Aldo kan tinggal serumah bersama nenek, lalu neneknya selalu bilang, ‘Aldo kalau mau buang air di rumah ya, bersih-bersihnya sama Nenek’. Jadi setiap Aldo BAK atau BAB hanya mau dibantu bersih-bersih oleh nenek dan harus pulang ke rumah walau sedang berada dimanapun. Sama saya juga tantenya nggak mau, Mi!” tutur tante Aldo.
“Oh jadi begitu rupanya, ini harus kita bicarakan bersama, nanti pulang sekolah yang jemput ayahnyakan, maaf kalau bisa neneknya juga diajak ya…” ujar saya.
Sepulang sekolah saya sampaikan kepada orangtua Aldo. Ada informasi yang sepertinya benar tidak nampak suatu kesalahan sedikitpun padahal kenyataannya informasi yang disampaikan ke otak anak adalah salah. Yang dikatakan nenek Aldo seolah-olah benar padahal salah. Seharusnya kalimat yang disampaikan adalah jika ingin buang air, cari toilet. Jika perlu bantuan untuk bersih-bersih silahkan bicara.
Kalau di rumah bicara pada ayah, bunda atau nenek. Kalau di sekolah bicara pada guru. Sehingga ketika berada dimanapun anak kita langsung mencari toilet ketika ingin buang air. Bukan menangis minta pulang ke rumah. “Kalau salah perintah, ya jadi masalah, Nek. Akhirnya semua repot kalau keluar rumah bersama Aldo. Nah sekarang kita semua harus membantu Aldo me-restart informasinya menjadi informasi yang benar,” saya menegaskan hal ini kepada ayah, bunda dan nenek Aldo.
Menurut penelitian para neuroscientist, otak dapat mengikat dirinya sendiri dengan stimulus baru, pengalaman dan tingkah laku.
Stimulus yang diberikan nenek Aldo mengikat otak Aldo, sehingga dimana pun berada otaknya akan memerintahkan Aldo sesuai dengan stimulus yang diberikan nenek. Karena stimulusnya salah, ya repot semua akhirnya.
Kecil sebenarnya. Tapi besar akibatnya. []