BAGAIMANAKAH ilmu yang bermanfaat itu ada di tengah-tengah kita?
Tak heran bila saat ini ilmu apapun dalam hitungan detik sudah bisa diakses. Tinggal klik siapapun mampu menemukan informasi atau ilmu yang hendak dicari.
Termasuk ilmu agama yang menjadi prioritas bagi setiap muslim.
Mungkin kita akan bertanya-tanya. Jika pada saat ini ilmu dan informasi bisa sedemikian mudahnya diakses, mengapa sulit sekali berpengaruh terhadap nilai adab dan prilaku manusia saat ini?
Bisa kita bandingkan dengan adab dan akhlak orang terdahulu.
Walaupun mereka sulit untuk mendapatkan 1 ilmu hingga harus menempuh jarak ribuan kilometer, mengapa 1 ilmu itu justru sangat berbekas pada perbuatan mereka. Inilah ilmu yang bermanfaat.
BACA JUGA: Berikut 5 Hadist Menuntut Ilmu Dalam Islam
Ternyata letak perbedaan ilmu yang bermanfaat itu ada pada keberkahan.
Ibnul Jauzi rohimahullah pernah berkata,
“Aku bertemu dengan banyak ulama, tingkatan keilmuan mereka berbeda-beda, namun yang paling bermanfaat dari mereka bagiku adalah yang mengamalkan ilmunya. walaupun yang lain lebih berilmu darinya.
Aku bertemu dengan ulama yang bernama Abdul Wahab Al Anmathi. Tak pernah terdengar gibah di majelisnya, tidak pula menerima upah dari menyampaikan hadits.
Apabila dibacakan kepada beliau hadits-hadits yang menyentuh hati
beliau menangis dan terus menangis.
Saat itu usiaku masih amat muda. Namun tangisannya membangun kaidah dalam hatiku.
Aku juga bertemu dengan Abu Manshur Al Jawaliqi. Ia lebih banyak diam dan amat hati-hati dalam berbicara. Amat menguasai ilmu dan ahli tahqiq. Pernah ia ditanya tentang suatu masalah yang enteng namun ia baru menjawabnya setelah benar-benar yakin. Ia selalu berpuasa dan banyak diam.
Aku lebih banyak mengambil manfaat dari dua ulama ini dibandingkan ulama lainnya. Dan akupun faham bahwa dalil yang dipraktekkan lebih mengena di hati dibandingkan yang hanya diucapkan.
Maka berusahalah mengamalkan ilmu, karena itulah pokok yang paling besar dan yang paling kasihan itu adalah orang yang menyia-nyiakan umurnya dengan ilmu yang tidak diamalkan. Sehingga ia terluput dari kenikmatan dunia dan kebaikan akhirat.”
(Kitab Shaidul Khatir karya Ibnul Jauzi)
BACA JUGA: Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Cina, Benarkah? Ternyata Ada 3 Sanad Perawi Hadistnya yang …
Perkataan Ibnu Jauzi soal ilmu yang bermanfaat menyiratkan pesan bahwa kunci keberkahan dan bermanfaatnya sebuah ilmu-baik ketika posisinya sebagai pencari ilmu ataupun yang menyampaikan ilmu- adalah saat ilmu itu diamalkan.
Walaupun banyak orang yang berilmu bak cahaya, tapi tetap orang yang mengamalkannya saja yang akan menjadi paling bercahaya di antara mereka.
Wallahu a’lam bi showab. []