DALAM berinteraksi dengan sesama manusia, tak jarang muncul perdebatan. Tapi ternyata ada adab berdebat menurut Islam yang harus kita tahu. Berikut di antaranya:
1. Adab Berdebat: Berdiskusi Atau Berdialog
Dalam Islam, berdebat merupakan suatu hal yang diperintahkan selama untuk menetapkan kebenaran dan membatalkan kebatilan. Tentu dalam adab berdebat harus menggunakan cara yang baik.
Sebagaimana Firman Allah SWT
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl 125).
BACA JUGA: Kisah Nabi Ibrahim Berdebat dengan Ayah dan Kaumnya
Dalam adab berdebat pun perlu bukti sebagai sandaran kebenaran tersebut. Sebagaimana Firman Allah SWT
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.” Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar.”” (QS. Al-Baqarah 111).
Hal ini juga seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, bahwa seorang yang berdakwah akan selalu menyeru kebaikan dan memerangi pemikiran yang sesat.
Adapun perdebatan yang dicela secara syar’i, hal ini menjadi bentuk kekufuran. sebagaimana salah satu contohnya yaitu mendebat Allah dan ayat-ayat-Nya.
“Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Maha keras siksaan-Nya.” (QS. Ar-Ra’d 13).
2. Adab Berdebat: Berdebat Menggunakan Metode yang Baik
Sebagai seorang muslim, dalam berdebat memiliki ketentuan tersendiri. Ketentuan tersebut salah satunya adalah menggunakan metode yang baik dan kondisi yang baik pula.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya petunjuk yang baik, cara yang baik dan tidak berlebih-lebihan adalah satu bagian dari dua puluh lima bagian kenabian.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Karena bila menggunakan cara yang buruk pasti akan menghasilkan hasil yang buruk pula. itulah pentingnya memahami ada berdebat.
3. Adab Berdebat: Menjauhi Kebodohan
Di sini maksud dari kebodohan adalah bodoh dalam berdiskusi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
“Menjauhi sedikit berpikir lagi terburu-buru (dalam agama) adalah sikap yang terbaik bagi umatku.”
Karena sesungguhnya sebaik-baiknya umat adalah yang paling bersegera dalam beragama dan dapat mengendalikan diri.
Dalam berdebat pun apabila seseorang lebih banyak pengetahuannya, maka janganlah mengatakan “Engkau salah”, tapi katakanlah “Bagaimana pendapat Anda jika ada yang mengatakan..”.
Sebagai seorang muslim yang berdebat pun kita harus memikirkan dan memahami perkara yang disampaikan oleh lawan diskusi. Dan tidak boleh untuk cepat-vepat berbicara sebelum lawan bicara menyelesaikan pembicaraannya.
BACA JUGA: Berdebat dengan Umar, Pemabuk Ini Gunakan Ayat-ayat Alquran
Di luar itu ada banyak ketentuan lagi menurut Islam. Seperti harus mengedepankan ketakwaan kepada Allah. Hal ini agar dalam perdebatan kita hanya mencari ridha-Nya yaitu dengan melakukan perintah-perintah-Nya.
Dalam berdebat juga harus terhindar dari maksud mencari kebanggaan, kedudukan, dukungan, berselisih atau pun ingin dipandang.
Dalam berdebat harus memohon hanya kepada Allah SWT. Yang mudah-mudahan diberikan taufik terhadap hal yang di ridhai-Nya.
Bukan hanya itu, kita juga perlu untuk berbicara secara menyeluruh dan fasih, jangan sampai apa yang disampaikan bertele-tele dan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan seberanya.
BACA JUGA: Tidak Berdebat untuk Menjatuhkan lawannya
Walaupun dalam keadaan berdebat, seorang muslim tetap tidak boleh untuk saling merendahkan lawan diskusinya. Tidak diperkenankan juga untuk meremehkan satu sama lain.
Pada saat berdebat perlu kesabaran yang tinggi, apalagi ketika melihat penyimpangan dari lawan diskusi.
https://www.youtube.com/watch?v=kbLOtumgv1s&list=PLIBLNp8ISCNJPL0QFLhULfMFJxVChoI3q&index=71
Sebagai seorang muslim janganlah sampai merasa hebat atau pun takjub. Karena sikap merasa hebat dan takjub sering kali malah membuat seseorang menjadi ujub dan sampai enggan menerima pendapat orang lain.
Sebagai seorang muslim pun tidak boleh merendahkan ilmu dan ahlinya. Bukan hanya itu, ilmu pun harus diaplikasikan dan ditaati secara menyeluruh. Sebagaimana yang di katakan oleh Imam Malik:
“Termasuk merendahkan dan meremehkan ilmu jika seseorang membicarakan ilmu di hadapan orang yang tidak menaati ilmu tersebut”. []
SUMBER: Buku Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah